Majene, Sulbar (ANTARA News) - Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, menilai rendahnya produksi beras di daerah itu menjadi penyebab utama terjadinya lonjakan harga di pasaran.

Kepala Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Majene, Naim Suro di Majene, Sabtu mengatakan, stabilisasi harga beras di Majene masih sulit dikendalikan. Terkadang terjadi lonjakan drastis, terkadang juga terjadi penurunan secara tiba-tiba.

"Hal tersebut dipengaruhi oleh minimnya produksi beras lokal, sehingga tidak setiap saat pasokan serta persediaan beras bisa mengantisipasi naik-turunnya harga sebab hal tersebut dikendalikan oleh para pemasok yang berasal dari luar Majene," jelasnya.

Maskipun terdapat proyeksi lahan persawahan di Majene untuk memenuhi kebutuhan warga, namun dianggap jumlahnya tidak terlalu besar dan belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan warga, utamanya mayoritas warga wilayah perkotaan.

Untuk mengantisipasi kurangnya pasokan maupun persediaan, suplai beras didatangkan dari Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar, serta Kabupaten Sidrap dan Pinrang, Sulawesi Selatan, yang didstribusikan melalui jalur darat.

"Ada kalanya proses distribusi yang terhambat mengakibatkan lonjakan harga secara tiba-tiba. Apalagi saat musim penghujan maupun persediaan beras di beberapa tempat tersebut juga sedang menipis," terang Naim.

Dia melanjutkan, distribusi beras tentunya membutuhkan biaya transportasi cukup besar. Agar para pedagang tidak merugi, harga yang ditetapkan memiliki selisih dibanding standar harga beras lokal.

Harga beras yang berasal dari luar Majene sering mengalami lonjakan akibat permainan sejumlah pedagang yang mengetahui pasokan beras lokal sedang menipis. Pada momentum tersebut pedagang bisa senaknya mempermainkan harga.

Sebelumnya, Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Peternakan Majene, Akhsan menyebutkan, produksi rata-rata gabah kering panen pertahun di Majene sebesar 8.654 ton dan bisa mengasilkan beras sebesar 60 persen atau 5.192 ton per tahun.

"Saat ini kami tetap berkonsentrasi untuk meningkatkan produksi gabah per tahun melalui penambahan masa tanam bagi beberapa lahan yang memiliki sumber pengairan memadai. Sementara, untuk penambahan lahan persawahan masih dilakukan survei potensi," ungkapnya.  (T.KR-AAT/S023)


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024