Palu (ANTARA News) - Ribuan pengunjuk rasa penolakan rencana penaikan harga bahan bakar minyak di Palu, Sulawesi Tengah, Kamis, dipaksa mundur oleh aparat kepolisian karena sudah bertindak anarkis dengan melempar batu ke arah polisi.

Unjuk rasa yang semula berlangsung tertib tiba-tiba ricuh karena adanya aksi pelemparan dari tengah kerumunan pengunjuk rasa ke arah polisi.

Polisi beserta sejumlah peralatan yang sudah disiagakan di sejumlah tempat langsung bergerak membubarkan pengunjuk rasa dengan menyemprotkan air dan melontarkan gas air mata ke arah pengujuk rasa.

Kapolda Sulteng Brigjen Pol Dewa Parsana yang memimpin pengamanan di lokasi berkali-kali berteriak agar pengunjuk rasa tidak anarkis namun tidak dihiraukan.

Dewa Parsana menegaskan jika pengunjuk rasa tetap memaksa ia akan memerintahkan anggotanya untuk menindak tegas sesuai prosedur.

Seorang pengujuk rasa dari Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Irhan mengatakan pada rapat rencana aksi, Rabu malam, tidak diagendakan bentrok maupun pendudukan gedung DPRD.

"Kemungkinan itu dilakukan oleh peserta aksi yang tidak ikut rapat rencana aksi," kata Irhan.

Dia mengatakan tujuan aksi massa tersebut dilakukan agar pemerintah pusat dan daerah mendengarkan aspirasi mereka menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak.

"Kalau tetap dinaikkan kami ingin presiden diturunkan dari jabatannya," katanya.

Hingga pukul 14.00 WITA aksi saling serang antara pengunjuk rasa dan polisi masih terus berlangsung. Belasan demonstran telah diamankan dan terluka di bagian wajah.

Wartawan yang meliput di lokasi kesulitan mendekat ke bentrokan karena tingginya radiasi gas air mata. Pengunjuk rasa kini sudah mundur sejauh kurang lebih 500 meter dari gedung DPRD. (T.A055/Y008) 

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024