Makassar (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri Provinsi Sulawesi Selatan memperkirakan harga gula kristal putih akan menembus Rp15 ribu per kilogram menjelang Ramadhan 2012.  

"Tidak menutup kemungkinan harga gula kristal putih akan menembus Rp15 ribu per kilogram. Sekarang saja sudah Rp13 ribu di pasar," kata Wakil Ketua Kadin Sulsel Irwan Ince di Makassar, Senin.

Usai pertemuan antara Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), Kadin, dan pengusaha gula di Makassar, dia menyebutkan, KPPU melihat kondisi gula saat ini sangat rawan karena harga lelang yang berlangsung di Surabaya sudah mencapai Rp11.600.

"Pasti akan naik apabila sudah tiba di Sulsel karena biaya transportasi dan biaya lainnya yang masuk dalam pengiriman, begitupun di tingkat pengecer," paparnya.

Pria juga menjabat anggota DPRD Sulsel ini mengatakan, stok gula hingga saat ini mencapai sekitar 600 ton, namun hanya dapat bertahan hingga dua bulan. Sementara permintaan pasar menjelang bulan ramadhan diperkirakan akan naik.

"Sejak gula rafinasi ditarik dari pasaran dan ditambah pembatasan penentuan impor raw sugar atau bahan baku gula, maka frekwensi harga gula terus mengalami kenaikan. Kalau itu ditinjau kembali dan dimanfaatkan dengan benar, harga gula dapat ditekan," ungkapnya.

Gula Kristal Rafinasi (GKR) kata dia, 99 persen dipergunakan dan dimanfaatkan bukan hanya di Indonesia tapi seluruh dunia. Untuk itu pihaknya berharap melalui KPPU agar meninjau ulang Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian nomor 527/MPT/KET/9/2004 tentang peredaran gula rafinasi.

"Kami berharap ada referensi atau solusi mengenai kekurangan gula di Sulsel serta secara nasional, termasuk KPPU mengeluarkan telaah terkait gula rafinasi, meskipun telah diatur dalam keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian," katanya.

Sementara Erwin Syahril selaku komisioner KPPU menuturkan, kelangkaan gula saat ini disebabkan kurangnya suplai dengan membatasi row sugar (gula rafinasi) impor, tidak sebanding dengan produksi gula dalam negeri yang hanya 2,3 juta ton dari kebutuhan sekitar 2,9 juta ton.

Hal ini mengakibatkan terjadi monopoli serta oligopoli pasar oleh pihak tertentu yang membuat produksi gula lokal kurang diminati masyarakat.

"Alasannya karena kebijakan pemerintah hanya menguntungkan produsen kemudian berimbas dan merugikan konsumen," katanya.

Ia menambahkan, bukan berarti membebaskan gula rafinasi beredar di pasaran, tetapi lebih kepada menyeimbangkan stok gula dengan kebutuhan konsumen yang lebih penting.

"Kelangkaan di Sulsel terjadi karena gula lokal hanya mampu diserap 25 persen dibanding gula kristal putih," tambahnya.

Kepala Disperindag Sulsel Irman Yasin Limpo mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan gula di Sulsel pihaknya mendatangkan gula dari Pulau Jawa dan Lampung untuk dijadikan stok dua bulan ke depan. Namun hal ini tidak mempengaruhi harga gula di pasaran.  (T.KR-DF/N002) 

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024