Makassar (ANTARA News) - Ketua Badan Pekerja Forum Demokrasi (Fordem) Awad Bahasoan mengatakan, Indonesia membutuhkan pemimpin yang visioner serta inovatif yang mampu mempertahankan kualitas demokrasi.

"Indonesia membutuhkan pemimpin visioner serta inovatif dan tetap mempertahankan kualitas demokrasi," kata Awad Bahasoan dalam diskusi publik solusi kepemimpinan nasional dengan tema mobilitas politik lokal ke nasional yang dipandu Arbi Sanit di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa.

Persoalannya, kata dia, seleksi kepemimpinan belum sepenuhnya berlangsung karena politik yang berlangsung di Indonesia adalah politik prosedural sehingga kepemimpinan yang sesuai harapan masih sulit diwujudkan.

Awad juga menyebut politik di Indonesia masih politik kultural, tanpa prosedur operasional standar.

Sementara Sosilog Universitas Indonesia Tamrin Amal Tamagola menyatakan, proses kepemimpinan yang benar semestinya berjenjang dari tingkat bawah, dari tingkat lokal ke tingkat nasional, sehingga yang yang muncul bukan pemimpin karbitan.

Ia menyebutkan ada lima rahim dalam proses lahirnya kepemimpinan yang matang. Rahim pertama adalah kaum pergerakan. Kepemimpinan dari rahim ini kuat sebab lahir dari bawah, hidup dalam pergerakan. Bung Karno merupakan salah satu contoh pemimpin yang lahir dari rahim ini.

Rahim kedua adalah militer. Dari rahim ini pemimpin dilahirkan melalui pengkaderan di akademi dan struktur lainnya. Pemimpin tersebut bertanggung jawab, tegas, dan berwibawa, tetapi ada beberapa catatan bahwa tidak sepenuhnya kaum militer dapat mempertahankan soliditas demokrasi.

Rahim ketiga adalah kalangan bisnis. Jusuf Kalla adalah salah satu contoh. Ia pernah berada dalam lingkaran eksekutif dan legislatif, tetapi saat lepas jabatan kembali mendedikasikan diri bagi kepentingan sosial.

"Akan tetapi jarang pebisnis sama seperti pak JK, tak banyak pebisnis yang mengutamakan sosial daripada profit," katanya.

Rahim keempat adalah organisasi pemuda dan mahasiswa. Pengkaderan terjadi secara sistematis dan terkonsep, jelas arah visi dan misinya.

Terakhir rahim dari tokoh-tokoh di daerah yang mencoba mendedikasikan dirinya baik untuk daerah maupun naik ke jenjang nasional.

"Banyak tokoh dan pemimpin daerah yang berpotensi menjadi pemimpin skala nasional, dan inilah yang menjadi gagasan utama, bukan hanya memajukan daerahnya tetapi bangsa ini pun diyakini mampu berkembang," katanya.

Pembicara lain Ketua Umum Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) Irsan Noor diketahui juga mengatakan bahwa pemimpin di daerah mampu menjadi pemimpin nasional.  

"Kepemimpinan daerah yang dikatakan sukses membangun demokrasi di daerahnya sangat dimungkinkan naik menjadi pemimpin skala nasional. Politik bagian dari demokrasi tetapi bagaimana memberikan kesejahteraan dan perlindungan masyarakat agar mereka tenang, aman, dan nyaman" kata Bupati Kutai Timur yang berniat maju menjadi calon presiden tersebut. (T.KR-DF/S024)




Pewarta :
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024