Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan BMKG bersama BRIN, BNPB, dan TNI AU menggelar operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) guna membantu proses evakuasi korban longsor di Pulau Serasan, Natuna, Kepulauan Riau.
"Kondisi cuaca sangat berpengaruh dalam proses evakuasi dan pencarian korban. Selain itu dikhawatirkan juga terjadi longsor susulan jika hujan terus mengguyur sehingga membahayakan tim evakuasi," ujar Dwikorita dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Ia mengemukakan, NaCl atau garam akan disemai di awan-awan hujan cumulus. Garam disemai bertujuan untuk mempercepat proses hujan agar segera terjadi sebelum memasuki Pulau Serasan, Natuna.
Dengan begitu diharapkan, proses evakuasi dan pencarian korban bisa terlaksana dengan baik dan tidak terhalang oleh hujan.
Dwikorita menjelaskan, BMKG bertugas menentukan awan dan titik koordinat semai NaCl atau garam. Setelahnya, garam akan diangkut dengan menggunakan pesawat milik TNI AU dan ditabur secara manual di atas awan target.
"Insya Allah, operasi TMC ini dapat mempercepat proses evakuasi dan pencarian seluruh korban," tuturnya saat berada di wilayah lokasi kejadian tanah longsor di Desa Pangkalan, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
Dwikorita menuturkan, bahwa bencana longsor yang menerjang perkampungan di Pulau Serasan dipicu oleh intensitas curah hujan yang tinggi. Kondisi tersebut disebabkan adanya fenomena Borneo Vorteks yang juga pernah menjadi pemicu terjadinya hujan ekstrem penyebab banjir di wilayah Kalimantan Barat.
Fenomena Borneo Vortex, lanjut dia, dipicu adanya Monsun Asia dimana angin yang membawa hujan ditambah dengan terjadinya sirkulasi siklonik yang mengakibatkan pusaran yang cukup tinggi dan membentuk awan-awan hujan di wilayah Natuna.
BMKG, lanjut dia, telah memberikan peringatan dini cuaca ekstrem sejak 28 Februari 2023 sebelum kejadian bencana longsor di Serasan, Natuna pada 6 Maret 2023.
Sementara itu, Dwikorita mengungkapkan, untuk kondisi cuaca di wilayah Natuna pada tanggal 11 sampai dengan 14 Maret diprediksi akan terjadi angin kencang.
"Mohon doanya bahwa hari Sabtu akan mulai melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk upayakan agar hujan dapat dialihkan, tidak pada lokasi yang sedang dilakukan pencarian korban," ujarnya.
Dalam kesempatan sama Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengimbau masyarakat yang tinggal di dataran tinggi, perbukitan, dan lereng untuk mewaspadai potensi terjadinya tanah longsor selama masa peralihan musim akibat hujan deras.
"Selama masa peralihan musim potensi kebencanaan hidrometeorologi meningkat. Karenanya kepada masyarakat kami imbau waspada angin kencang yang memicu pohon tumbang dan hujan deras yang lama dan bisa menyebabkan longsor," tuturnya.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG: Operasi TMC digelar bantu evakuasi korban longsor Natuna
"Kondisi cuaca sangat berpengaruh dalam proses evakuasi dan pencarian korban. Selain itu dikhawatirkan juga terjadi longsor susulan jika hujan terus mengguyur sehingga membahayakan tim evakuasi," ujar Dwikorita dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Ia mengemukakan, NaCl atau garam akan disemai di awan-awan hujan cumulus. Garam disemai bertujuan untuk mempercepat proses hujan agar segera terjadi sebelum memasuki Pulau Serasan, Natuna.
Dengan begitu diharapkan, proses evakuasi dan pencarian korban bisa terlaksana dengan baik dan tidak terhalang oleh hujan.
Dwikorita menjelaskan, BMKG bertugas menentukan awan dan titik koordinat semai NaCl atau garam. Setelahnya, garam akan diangkut dengan menggunakan pesawat milik TNI AU dan ditabur secara manual di atas awan target.
"Insya Allah, operasi TMC ini dapat mempercepat proses evakuasi dan pencarian seluruh korban," tuturnya saat berada di wilayah lokasi kejadian tanah longsor di Desa Pangkalan, Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
Dwikorita menuturkan, bahwa bencana longsor yang menerjang perkampungan di Pulau Serasan dipicu oleh intensitas curah hujan yang tinggi. Kondisi tersebut disebabkan adanya fenomena Borneo Vorteks yang juga pernah menjadi pemicu terjadinya hujan ekstrem penyebab banjir di wilayah Kalimantan Barat.
Fenomena Borneo Vortex, lanjut dia, dipicu adanya Monsun Asia dimana angin yang membawa hujan ditambah dengan terjadinya sirkulasi siklonik yang mengakibatkan pusaran yang cukup tinggi dan membentuk awan-awan hujan di wilayah Natuna.
BMKG, lanjut dia, telah memberikan peringatan dini cuaca ekstrem sejak 28 Februari 2023 sebelum kejadian bencana longsor di Serasan, Natuna pada 6 Maret 2023.
Sementara itu, Dwikorita mengungkapkan, untuk kondisi cuaca di wilayah Natuna pada tanggal 11 sampai dengan 14 Maret diprediksi akan terjadi angin kencang.
"Mohon doanya bahwa hari Sabtu akan mulai melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk upayakan agar hujan dapat dialihkan, tidak pada lokasi yang sedang dilakukan pencarian korban," ujarnya.
Dalam kesempatan sama Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengimbau masyarakat yang tinggal di dataran tinggi, perbukitan, dan lereng untuk mewaspadai potensi terjadinya tanah longsor selama masa peralihan musim akibat hujan deras.
"Selama masa peralihan musim potensi kebencanaan hidrometeorologi meningkat. Karenanya kepada masyarakat kami imbau waspada angin kencang yang memicu pohon tumbang dan hujan deras yang lama dan bisa menyebabkan longsor," tuturnya.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG: Operasi TMC digelar bantu evakuasi korban longsor Natuna