Makassar (ANTARA) - Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Jamaluddin Jompa menyampaikan beberapa poin penting dalam penguatan sektor perikanan laut Indonesia, salah satunya penerapan aplikasi teknologi.

“Indonesia merupakan eksportir nomor dua di dunia, namun secara nilai atau pendapatan jauh lebih kecil dibandingkan negara tetangga,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam acara bertajuk Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), di Makassar, Selasa.

Dalam Seminar Penapisan Masukan Visi RPJPN 2025-2045 yang diselenggarakan Bappenas, Prof Jamaluddin Jompa menyampaikan materi tentang sudut pandang RPJPN 2025-2045 Aspek Kelautan dan Perikanan: Isu Strategis dan Tantangannya.

Ia mengatakan dalam penguatan sektor perikanan laut, setidaknya ada lima agenda utama yang perlu dilakukan, salah satunya penguatan peran perikanan dalam ketahanan dan kedaulatan pangan.

Kemudian mendorong penggunaan aplikasi teknologi dalam pemanfaatan sumber daya agar cerdas dalam menghadapi dampak perubahan iklim.

“Dengan kekayaan alam yang kita miliki, terutama sumber protein dan nutrisi sehat dari laut, seharusnya Indonesia memiliki kedaulatan dan ketahanan pangan yang sangat tinggi. Padahal, frekuensi anak stunting di Indonesia sangat tinggi,” ujarnya. .

Rektor Unhas menjelaskan persentase anak stuntingdi Indonesia cukup tinggi dan mencapai satu dari tiga anak menjadi penderita. Menurutnya, ironi, padahal Indonesia merupakan pengekspor produk kelautan dan perikanan nomor dua dunia.

“Ini ironi dan malnutrisi dari negara yang dikelilingi laut. Padahal salah satu sumber protein tertinggi terdapat pada hasil laut dan perikanan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, dengan wilayah Indonesia yang dikelilingi laut, Indonesia mampu menjadi produsen yang disegani. Diperlukan upaya strategis, salah satunya penguatan dan pemanfaatan ekonomi biru.

Ekonomi biru merupakan strategi ekonomi yang secara sistematis mengembangkan sektor produksi andalan dari laut, sebagai keunggulan komparatif untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Ia mengatakan ekonomi biru merupakan konsekuensi logis dari kondisi geografis Indonesia. Fakta bahwa Indonesia merupakan eksportir seafood nomor dua dunia seharusnya tidak membuat Indonesia terombang-ambing. Karena secara umum, kata dia, berbanding terbalik dengan nilai ekonomi yang dihasilkan, Indonesia hanya menempati posisi ke-14 dari segi nilai ekonomi.

“Kita harus belajar dari Norwegia, atau bahkan dari tetangga ASEAN, Vietnam dan Thailand, yang lebih berhasil meraup dolar dengan produksi lebih kecil. Dengan nilai ekspor sekitar 5-6 miliar dolar AS per tahun, Indonesia hanya memperoleh 2,5 persen. dari total nilai ekonomi pasar makanan lautglobal yaitu sekitar 190-200 miliar dolar AS. Indonesia adalah poros maritim dan ini perlu kita optimalkan untuk kesejahteraan masyarakat,” kata Jamaluddin Jompa.

Selain Rektor Unhas, hadir pula beberapa pimpinan universitas lain sebagai narasumber. Seluruh kegiatan berjalan lancar, Usai pemaparan materi, kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab Kegiatan ini juga menghadirkan Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa.

Pewarta : Muh. Hasanuddin
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024