Makassar (ANTARA) - Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Sulawesi Selatan (Sulsel) Liberti Sitinjak mengapresiasi kreatifitas warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Parepare yang produktif hasilkan karya kerajinan mimbar masjid ukir kaligrafi.

Hal tersebut diungkapkan Kakanwil Kemenkumham Sulsel Liberti Sitinjak dalam keterangannya di Makassar, Jumat (24/3).

Liberti mengatakan kreatifitas WBP yang ada di Lapas dan Rutan harus terus ditingkatkan agar mereka memperoleh keterampilan.

"Tujuannya agar ketika mereka bebas nanti dapat mengembangkannya ke dunia usaha dan menjadi modal mereka untuk memperoleh penghasilan," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Lapas Parepare Totok Budiyanto mengatakan hasil dari kreatifitas WBP ini merupakan pembinaan keterampikan yang dilaksanakan di Lapas Parepare.

"Hal ditujukan agar narapidana lebih memiliki skill dan lebih mengikuti perkembangan pengetahuan," ujar Totok.

Dia menambahkan, hal ini selaras dengan tujuan pemasyarakatan yaitu membentuk WBP menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, tidak mengulangi kembali tindak pidana, diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, berperan aktif dalam pembangunan, dan hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

Menurut Totok, selama mengikuti program pembinaan kemandirian warga binaan terlebih dahulu diberikan pelatihan keterampilan kerja dan produksi bekerja sama dengan beberapa instansi terkait diantaranya Dinas Tenaga Kerja Kota Parepare, Lembaga Pelatihan Kerja YPA Handayani Kota Parepare, Balai Pelatihan Vokasi Dan Produktifitas Pangkajene & Kepulauan serta Kemitraan lainnya.

"Lapas Parepare menyediakan sarana dan prasarana bagi warga binaan untuk menyalurkan minat dan bakatnya sehingga meskipun di dalam Lapas, mereka dapat meningkatkan skilnya," Lanjut Totok.  

Kepala Seksi Kegiatan Kerja Lapas Parepare, Abdullah mengatakan bahwa bahan baku dari pembuatan mimbar ini dipesan langsung dari Jepara, Jawa Tengah.

"Di Lapas Parepare, mimbar tersebut dirakit dan difinishing," ungkap Abdullah.

Proses perakitan mimbar ini menurut Abdullah dikerjakan selama 3 sampai dengan 6 hari untuk 1 buah mimbar.

"Tahum 2023, akan diproduksi 4 Mimbar dan tergantung pada permintaan konsumen bahkan bisa lebih dari 4 mimbar. Hasil produksi ini dijual dengan harga berkisar Rp8-15 Juta. Pemasaran juga dilakukan hingga luar Sulsel seperti Mamuju dan Kendari," kata Abdullah.

Kegiatan meubeler di Lapas Parepare ini merupakan salah bentuk kerjasama dengan pihak ketiga yakni dengan UD. KJF (Jembar Jaya Furniture) Kota Parepare. Untuk hasilnya, Pihak Lapas Parepare hanya menerima ongkos kerja saja sekitar Rp350-Rp800 ribu perunit/set barang yang besarnya juga tergantung model/jenis barang yang dikerjakan.

Selain pembinaan kemandirian tersebut, di Lapas Parepare juga ada pelatihan perkayuan, finishing meubeler Jepara dan fornitur, pertanian, perikanan dan perkebunan, pangkas rambut atau Babershop, pengelasan dan bengkel kerja (Dico Kendaraan), dan laundry.(*/Inf)

Pewarta : Darim
Editor : Redaktur Makassar
Copyright © ANTARA 2024