Mamuju (ANTARA Sulbar) - Kompartemen Grievances Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengungkapkan ongkos mengembangkan perkebunan sawit dalam setiap hektare mencapai Rp37 juta.

"Kalau menggunakan bibit sawit asli yang bersertifikasi dibeli dari perusahaan legal, maka kebutuhan mengembangkan sawit setiap hektare Rp37 juta," kata Kompartemen Grievances Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Dasrijal Raham di Mamuju, Minggu.

Ia mengatakan, berbeda jika menggunakan bibit sawit palsu, maka biaya setiap hektarenya sedikit lebih murah, sekitar Rp35 juta.

Namun, kata dia, meskipun murah dalam mengembangkan sawit dari segi perongkosan, namun dengan menggunakan bibit sawit palsu maka keuntungan bersih yang didapatkan petani dalam setiap bulan rendah hanya sekitar Rp500 ribu perhektare.

"Perhitungan untung rugi ini sudah teruji," katanya.

Menurut dia, ketika mengembangkan sawit menggunakan bibit asli maka kelak keuntungan yang didapatkan saat budidaya sudah berproduksi mencapai Rp1,5 juta.

Oleh karena itu, dengan menggunakan bibit asli akan lebih menguntungkan petani, selain juga dari sisi kepentingan negara memproduksi crude palm oil (CPO.

"Kalau menggunakan bibit palsu kadar CPO yang dihasilkan pada setiap tandan buah sawit (TBS) hanya 18 persen sementara ketika bibit asli hampir seluruh TBS menghasilkan CPO yang memenuhi kualitas ekspor," katanya. T Susilo

Pewarta : M Faisal Hanapi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024