Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjalin kolaborasi riset terkait desain reaktor nuklir suhu tinggi berpendingin gas atau High-Temperature Gas-cooled Reactor (HTGR) dengan Universitas Tsinghua asal China.
 
Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN Rohadi Awaludin mengatakan kolaborasi ini telah berkontribusi besar dalam kerja sama antara kedua belah pihak dalam peningkatan kapasitas tim dan kemajuan penelitian serta pengembangan teknologi HTGR di Indonesia.
 
"Riset dan pengembangan teknologi HTGR telah dilakukan oleh periset BRIN yaitu di Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir (PRTRN) dan Pusat Riset Teknologi Daur Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif (PRTDBBNLR)," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
 
Rohadi berharap kedua pusat riset tersebut dapat memanfaatkan kerja sama dengan Universitas TsiTsing dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia. "Hal ini akan mendorong semangat para peneliti muda ORTN - BRIN," imbuhnya.
 
BRIN bersama Universitas Tsinghua telah menyelenggarakan seminar dengan tema "Advancements in HTGR Technology: Insight into Reactor Design and Fuel based on Lesson Learned from HTR-PM 210 MW" di Tangerang Selatan pada 2 Mei 2023.
 
Kedua lembaga tersebut juga melakukan pertemuan dan penandatanganan Minute of Meeting (MoM). Hasil pertemuan tersebut berupa peninjauan kembali hasil kerja sama yang telah dilakukan dan mempersiapkan kerja sama ke depan dalam rangka China-Indonesia "Joint Laboratory on HTGR".
 
Selanjutnya akan diadakan seminar bersama di Serpong, Tangerang, pada Juni 2023 mendatang. Anggota tim dari kedua belah pihak akan bertemu dan membahas secara rinci tentang rencana kerja masing-masing bidang kerja sama.
 
HTGR merupakan salah satu jenis reaktor nuklir generasi keempat yang memiliki banyak keunggulan dibanding reaktor nuklir generasi ketiga, diantaranya lebih aman dan menghasilkan panas yang dapat digunakan oleh industri untuk memproduksi gas hidrogen.
 
Profesor dari Institut Nuklir dan Teknologi Energi Terbarukan Universitas Tsinghua, Sun Jun, mengatakan China sedang mencanangkan target dual carbon goals dengan tujuan emisi karbon pada 2030 dan mencapai keseimbangan karbon pada 2060.
 
"Peran reaktor HTGR cukup besar di China, diantaranya sebagai penghasil energi yang berdampingan dengan reaktor PWR. Selain itu juga sebagai penghasil uap panas dan produksi hidrogen," katanya.
 
HTGR yang dikembangkan, lanjutnya, memiliki teknologi pendingin innert helium, moderator grafit, dan bahan bakar TRISO yang unik.
 
"Kami menggunakan beberapa kernel di tengah serta kami dapat mengkodekan setiap lapisan berbeda dengan suhu lebih tinggi dan material yang tahan. Selain itu kami juga dapat menggunakan partikel ini tertanam dalam berbagai bentuk bahan bakar," kata Sun.
 
Universitas Tsinghua, kata dia, ada dua departemen yang terlibat dengan edukasi nuklir, yaitu Engineering Physics dan Institute of Nuclear and new Energy Technology (INET).
 
Sun berharap dengan kolaborasi antara BRIN dan Universitas Tsinghua dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. "Saya harap dari BRIN juga bisa berkunjung ke INET sambil kita bisa membahas rencana ke depan," pungkasnya.

Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BRIN jalin kolaborasi riset desain reaktor dengan Universitas Tsinghua

Pewarta : Sugiharto Purnama
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024