Makassar (ANTARA) - Dokter hewan yang mengabdi di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan I Gusti Ngurah mengatakan virus African Swine Fever (ASF) yang menyerang ternak babi di darah itu tidak menular ke manusia.
"Terkait virus ASF ini, satu yang harus kita garis bawahi adalah bahwa virus ini tidak terjadi penularan ke manusia karena virus ASF tidak bersifat zoonosis melainkan target utamanya cuma di hewan babi bukan hewan lainnya," ujarnya melalui keterangan pers yang diterima di Makassar, Selasa.
Drh I Gusta Ngurah mengatakan virus ASF hingga saat ini juga belum ada kasus penularan ke ternak lainnya seperti sapi, kambing dan lainnya tidak terjadi juga.
Ia menjelaskan bahwa virus itu menyerang ternak babi dan babi liar di semua umur yang menyebabkan babi sakit dengan tingkat fatalitas 100 persen.
Virus ASF sendiri bukan zoonosis, namun bisa menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar karena belum ada vaksin dan obat untuk ASF.
"Untuk daya tahan, virus ASF dalam beberapa material tanpa perlakuan apapun bisa bertahan antara lain; urine sampai dengan 15 hari, feses sampai dengan 160 hari, daging babi olahan yang disimpan pada suhu ruang sampai dengan 105 – 300 hari, dan daging babi beku sampai dengan 1000 hari," katanya menjelaskan.
Gusti Ngurah mengakui memang di Luwu Timur beberapa penyakit hewan sudah masuk seperti PMK yang menyerang sapi, tapi sudah bisa di tangani, virus Jembrana yang menyerang sapi bali juga sudah dilakukan vaksinasi juga.
“Semoga virus ASF ini tidak dikaitkan dengan dua virus di atas karena memang beda cara penularannya,” imbuhnya.
Sementara itu, Jajaran Pemkab Luwu Timur terus berkolaborasi baik Dinas Pertanian dan Dinas PUPR terus melakukan koordinasi dengan seluruh camat mengenai kondisi pasca kematian babi di wilayah masing-masing.
Pihak Pemkab Lutim meminta kepada warga untuk segera melakukan penanganan terutama mengubur babi-babi yang sudah mati dengan menggunakan excavator milik Dinas PUPR dibantu PDAM di lokasi penguburan massal yang sudah disiapkan masing-masing kecamatan.
"Terkait virus ASF ini, satu yang harus kita garis bawahi adalah bahwa virus ini tidak terjadi penularan ke manusia karena virus ASF tidak bersifat zoonosis melainkan target utamanya cuma di hewan babi bukan hewan lainnya," ujarnya melalui keterangan pers yang diterima di Makassar, Selasa.
Drh I Gusta Ngurah mengatakan virus ASF hingga saat ini juga belum ada kasus penularan ke ternak lainnya seperti sapi, kambing dan lainnya tidak terjadi juga.
Ia menjelaskan bahwa virus itu menyerang ternak babi dan babi liar di semua umur yang menyebabkan babi sakit dengan tingkat fatalitas 100 persen.
Virus ASF sendiri bukan zoonosis, namun bisa menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar karena belum ada vaksin dan obat untuk ASF.
"Untuk daya tahan, virus ASF dalam beberapa material tanpa perlakuan apapun bisa bertahan antara lain; urine sampai dengan 15 hari, feses sampai dengan 160 hari, daging babi olahan yang disimpan pada suhu ruang sampai dengan 105 – 300 hari, dan daging babi beku sampai dengan 1000 hari," katanya menjelaskan.
Gusti Ngurah mengakui memang di Luwu Timur beberapa penyakit hewan sudah masuk seperti PMK yang menyerang sapi, tapi sudah bisa di tangani, virus Jembrana yang menyerang sapi bali juga sudah dilakukan vaksinasi juga.
“Semoga virus ASF ini tidak dikaitkan dengan dua virus di atas karena memang beda cara penularannya,” imbuhnya.
Sementara itu, Jajaran Pemkab Luwu Timur terus berkolaborasi baik Dinas Pertanian dan Dinas PUPR terus melakukan koordinasi dengan seluruh camat mengenai kondisi pasca kematian babi di wilayah masing-masing.
Pihak Pemkab Lutim meminta kepada warga untuk segera melakukan penanganan terutama mengubur babi-babi yang sudah mati dengan menggunakan excavator milik Dinas PUPR dibantu PDAM di lokasi penguburan massal yang sudah disiapkan masing-masing kecamatan.