Madinah (ANTARA) - Direktur Bina Haji Kementerian Agama (Kemenag) Arsad Hidayat mengatakan persoalan perpindahan hotel yang terjadi di Madinah tidak lepas dari masalah di hulu sebagai imbas perubahan konfigurasi tempat duduk pesawat

"Ini (perpindahan hotel jamaah) memang sebuah rentetan panjang dari perubahan konfigurasi seat pesawat. Jadi konfigurasi yang tadinya 480 satu pesawat turun menjadi 405," katanya di Madinah, Minggu.

Arsad mencontohkan pada pesawat Saudia Airlines mengubah konfigurasi kapasitas kursi dari semula 480 penumpang menjadi 405 penumpang, sehingga ada 75 penumpang harus diberangkatkan pada kelompok terbang selanjutnya.

"Ada 75 penumpang yang tidak berangkat, sehingga diberangkatkan pada kloter berikutnya. Padahal 75 penumpang tersebut sudah disiapkan akomodasinya, sehingga mereka tidak bisa dimasukkan di hotel dengan kloter awal," kata Arsad.

Selain kapasitas tempat duduk, kata Arsad, hal krusial lainnya yang menjadi penyebab permasalahan perpindahan hotel yakni  keterlambatan pesawat, sehingga jamaah terlambat masuk ke hotel di Madinah.

"Persoalan penerbangan bukan sekali atau dua kali, ternyata beberapa kali terjadi dan itu membuat repot, tidak hanya jamaah tetapi juga panitia yang ada di sini (Madinah)," kata Arsad.

Di sisi lain, lanjutnya, hotel di Madinah sangat terbatas. Apalagi saat ini Pemerintah Arab Saudi sedang dalam proses pembongkaran sejumlah hotel di Madinah. Sementara hotel baru belum ada, walaupun sudah ada proyek yang tengah dibangun.

"Hotel baru belum selesai, masih tahap awal pembangunan. Artinya bangunan yang sudah ada terbatas bahkan dikurangi, sementara bangunan baru belum ada, permintaan tinggi, di sisi lain kapasitas hotel terbatas," ujarnya.

Ia menambahkan dalam ketentuan disebutkan bahwa Saudia Airlines berhak memberangkatkan 50 persen dari kuota setiap negara yang memberangkatkan haji, termasuk Indonesia.

Jika Indonesia mendapatkan kuota 229.000 peserta ibadah haji pada tahun ini, maka separuhnya atau sekitar 115.000 diangkut oleh Saudia Airlines dan hal itu berlaku untuk pemberangkatan jamaah haji negara lain.

"Saudia Airlines juga mungkin terbatas pesawatnya, dalam kontrak setiap negara pengirim jamaah harus alokasikan penerbangan yaitu 50 persen dari maskapai Arab Saudi, ini juga menjadi salah satu faktor mungkin. Bayangkan ada 2,5 juta peserta ibadah haji di dunia, nah sekitar 1,25 juta diangkut Saudia Airlines," kata Arsad.

Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenag paparkan penyebab perpindahan hotel jamaah di Madinah

Pewarta : Nur Istibsaroh
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024