Madinah (ANTARA) - Senin, 10 Juli 2023, menjadi waktu awal jamaah haji gelombang kedua masuk ke Madinah setelah sebelumnya mereka menjalani rangkaian puncak haji di Arafah, Muzdalifah dan Mina, serta menutup dengan tawaf wada' atau perpisahan karena meninggalkan Mekkah.
Beragam persiapan telah dilakukan oleh Kementerian Agama dalam hal ini adalah Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk menyambut kedatangan mereka selama delapan sampai sembilan hari menjalankan Arbain atau shalat fardlu dalam 40 waktu di Madinah.
Sejumlah persiapan dilakukan dan petugas telah siap untuk semua lini, mulai pengecekan dokumen di terminal, sisi transportasi, akomodasi atau hotel tempat mereka menginap di sekitaran Masjid Nabawi, sampai kesiapan konsumsi tiga kali sehari.
"Alhamdulillah kami sudah melakukan berbagai persiapan terkait dengan kedatangan jamaah haji gelombang kedua di Madinah ini sebagaimana arahan Pak Menteri Agama kita," kata Kepala Daerah Kerja Madinah Zaenal Muttaqin, di Madinah, Sabtu (8/7).
Jumlah jamaah gelombang kedua, lebih banyak dari gelombang pertama. Pada gelombang pertama 101 ribu, sedangkan gelombang kedua sekitar 109 atau 108 ribu haji, dengan sekitar 295 kelompok terbang (kloter) atau lebih banyak dari gelombang pertama sekitar 263 kloter.
Sejumlah persiapan tersebut, berkaca dari penyelenggaraan ibadah haji dalam memberikan layanan kepada jamaah haji gelombang pertama, sehingga pelayanan ke depan bisa lebih optimal.
Secara umum pelayanan yang diberikan sama dengan jamaah haji gelombang pertama, bahwa mereka akan melaksanakan ziarah ke Raudhah, kemudian ziarah di sekitar Kota Madinah, baik di Quba, Qiblataian, dan tempat-tempat yang lainnya.
PPIH Arab Saudi telah menyiapkan tasrih jamaah haji untuk masuk ke Raudhah dan pada kedatangan awal, mereka akan menempati hotel yang tersebar di tiga wilayah di lima sektor sekitaran Masjid Nawabi, Madinah, dan pada hari pertama kedatangan sekitar 21 kloter tersebar di empat sektor, yakni sektor 1, 2, 4, dan sektor 5.
Layanan transportasi
Posisi bus yang ditumpangi jamaah haji Indonesia gelombang kedua dari Mekkah ke Madinah mulai Senin (10/7) juga akan terpantau Global Positioning System (GPS) oleh PPIH Arab Saudi.
"Sebagaimana arahan Menteri Agama, panitia akan men-tracking mobil bus yang ada dari Mekkah. Untuk itu panitia sudah berkoordinasi dengan naqobah dan perusahaan-perusahaan atau syarikah bus yang ada 11 perusahaan tersebut. PPIH meminta GPS dan user id-nya, sehingga posisi bus dari Mekkah, bisa diketahui.
Untuk memastikan pemantauan seluruh bus yang membawa jamaah haji Indonesia tersebut, PPIH telah menyiapkan perangkat atau alat yang diperlukan dan sumber daya manusia (SDM) yang mengoperasikan.
Pesan Menag
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas berharap jamaah haji yang telah menjalani puncak ibadah haji dengan puncak kelelahan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, tidak lagi terlalu lelah.
Kalau seandainya jamaah memang kondisi fisiknya tidak memungkinkan karena sakit atau agak sulit, maka Menag sudah mengingatkan tidak usah dipaksakan untuk mengerjakan Ibadah shalat Arbain, karena hal itu merupakan ibadah sunah. Kalau memang sanggup dan memungkinkan, jamaah disilakan mengerjakan.
Tidak hanya imbauan, PPIH Arab Saudi juga sudah bekerja sama dengan pihak Masjid Nabawi yang sebelumnya telah menawarkan memberikan fasilitas yang mendukung dalam pelayanan untuk jamaah lansia, seperti kursi roda, meja untuk pos berjaga, sandal, kursi roda di setiap hotel, dan juga pos.
Sebagaimana arahan Menteri Agama, hal-hal yang menjadi catatan di gelombang pertama seminimal mungkin bisa diantisipasi, misalnya pemindahan jamaah dari hotel. Kalaupun ada, karena misalnya, delay pesawat, panitia tetap mengantisipasi karena informasi, misalnya dari Jeddah ada sekitar delapan jam delay, sehingga kemudian stay dulu di Mekkah.
Kalaupun ada pemindahan atau pecah kloter, maka hal tersebut diusahakan untuk diminimalisir, misalnya menjadi dua hotel. Meski demikian, pecah kloter itu memang sulit untuk dihindari karena keterbatasan tempat di Madinah.
Sebagai contoh, dalam satu hotel kapasitasnya 2.000 dan terisi 1.800 hingga 1.900, maka hanya bisa diisi satu kloter atau sebanyak 100 orang haji. Karena itu sisanya pindah ke hotel yang lain atau pecah kloter. Satu kloter bisa pecah dua atau tiga hotel.
Panitia sudah mengantisipasi itu, kalaupun terjadi, sudah disiagakan petugas transportasi, misalnya memudahkan kopernya, memudahkan jamaahnya melalui mobil-mobil yang bisa dan mengangkut jamaah agar mereka tetap nyaman.
Komitmen tersebut sebagai salah satu upaya Kemenag menyukseskan penyelenggaraan haji tahun ini yang mengusung tagline "Ramah Lansia".
Pada gelombang kedua jamaah haji Indonesia yang masuk Madinah diperkirakan mencapai 30 ribu lansia, setelah sebagian jamaah lansia gelombang pertama sudah kembali ke Tanah Air. Secara kesuluruhan, tahun ini ada sekitar 30-35 ribu haji lansia.
Sebelum masuk Madinah
Untuk kelancaran kedatangan jamaah kedua, PPIH juga akan bersiap di Terminal Hijrah yang berjarak 20 kilometer dari Kota Suci Madinah yang menjadi titik awal pemantauan jamaah haji Indonesia sebelum masuk ke Madinah.
Kasi Sektor Bir Ali Aruji Maswatu menjelaskan berbeda dengan Bir Ali, di mana jamaah haji turun untuk mengambil miqat, di Terminal Hijrah, jamaah tidak turun dari bus, namun kelengkapan dokumen jamaah akan dicek oleh petugas muassasah.
Setelah bus tiba di Terminal Hijrah, sopir akan menyerahkan paspor jamaah yang telah dikumpulkan ke muassasah di loket-loket. Selanjutnya muassasah akan memvalidkan dan mengeluarkan tasreh surat jalan.
Tugas dan fungsi para petugas di Terminal Hijrah adalah memantau pergerakan dan kedatangan bus serta melakukan cek list kedatangan jamaah di terminal itu. Selain itu juga melaporkan ke Mekkah mengenai bus-bus yang sudah tiba di Terminal Hijrah.
Panitia juga melaporkan ke Madinah, khususnya sektor-sektor, bahwa bus yang mengangkut jemaah haji akan berangkat dari Terminal Hijrah menuju hotel. Dengan begitu, petugas di sektor bisa melakukan persiapan.
Rencananya, sebanyak 15 petugas ditempatkan di Terminal Hijrah setiap harinya. Mereka bertugas mulai pukul 11.00 hingga 01.00 dinihari Waktu Arab Saudi (WAS). Hal itu dilakukan mengingat pemberangkatan bus jamaah biasanya dimulai pada pukul 06.00 pagi WAS.
Ada dua shift yang disiapkan, yakni shift pertama bertugas mulai pukul 11 siang sampai pukul 01.00 dini hari WAS, dan tergantung kedatangan bus. Tugas mereka memastikan seluruh bus dan jamaah tiba di Terminal Hijrah, sedangkan shift kedua bertugas keesokan harinya, dengan waktu yang sama.
Biasanya bus diberangkatkan dari Mekkah mulai pukul 06.00 pagi. Perjalanan dari Makkah yang memakan waktu enam sampai tujuh jam diperkirakan pukul 11.00 hingga 13.00 WAS bus tiba di Terminal Hijrah, sedangkan pada sore hari keberangkatan terakhir pukul 18.00 dan tiba di Terminal Hijrah bisa pukul 23.00 hingga 02.00 dini hari.
Setelah delapan sampai sembilan hari berada di Madinah, petugas haji akan mengawal mereka untuk kembali ke Tanah Air melalui Bandara Amir Mohammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.
Beragam persiapan telah dilakukan oleh Kementerian Agama dalam hal ini adalah Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi untuk menyambut kedatangan mereka selama delapan sampai sembilan hari menjalankan Arbain atau shalat fardlu dalam 40 waktu di Madinah.
Sejumlah persiapan dilakukan dan petugas telah siap untuk semua lini, mulai pengecekan dokumen di terminal, sisi transportasi, akomodasi atau hotel tempat mereka menginap di sekitaran Masjid Nabawi, sampai kesiapan konsumsi tiga kali sehari.
"Alhamdulillah kami sudah melakukan berbagai persiapan terkait dengan kedatangan jamaah haji gelombang kedua di Madinah ini sebagaimana arahan Pak Menteri Agama kita," kata Kepala Daerah Kerja Madinah Zaenal Muttaqin, di Madinah, Sabtu (8/7).
Jumlah jamaah gelombang kedua, lebih banyak dari gelombang pertama. Pada gelombang pertama 101 ribu, sedangkan gelombang kedua sekitar 109 atau 108 ribu haji, dengan sekitar 295 kelompok terbang (kloter) atau lebih banyak dari gelombang pertama sekitar 263 kloter.
Sejumlah persiapan tersebut, berkaca dari penyelenggaraan ibadah haji dalam memberikan layanan kepada jamaah haji gelombang pertama, sehingga pelayanan ke depan bisa lebih optimal.
Secara umum pelayanan yang diberikan sama dengan jamaah haji gelombang pertama, bahwa mereka akan melaksanakan ziarah ke Raudhah, kemudian ziarah di sekitar Kota Madinah, baik di Quba, Qiblataian, dan tempat-tempat yang lainnya.
PPIH Arab Saudi telah menyiapkan tasrih jamaah haji untuk masuk ke Raudhah dan pada kedatangan awal, mereka akan menempati hotel yang tersebar di tiga wilayah di lima sektor sekitaran Masjid Nawabi, Madinah, dan pada hari pertama kedatangan sekitar 21 kloter tersebar di empat sektor, yakni sektor 1, 2, 4, dan sektor 5.
Layanan transportasi
Posisi bus yang ditumpangi jamaah haji Indonesia gelombang kedua dari Mekkah ke Madinah mulai Senin (10/7) juga akan terpantau Global Positioning System (GPS) oleh PPIH Arab Saudi.
"Sebagaimana arahan Menteri Agama, panitia akan men-tracking mobil bus yang ada dari Mekkah. Untuk itu panitia sudah berkoordinasi dengan naqobah dan perusahaan-perusahaan atau syarikah bus yang ada 11 perusahaan tersebut. PPIH meminta GPS dan user id-nya, sehingga posisi bus dari Mekkah, bisa diketahui.
Untuk memastikan pemantauan seluruh bus yang membawa jamaah haji Indonesia tersebut, PPIH telah menyiapkan perangkat atau alat yang diperlukan dan sumber daya manusia (SDM) yang mengoperasikan.
Pesan Menag
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas berharap jamaah haji yang telah menjalani puncak ibadah haji dengan puncak kelelahan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina, tidak lagi terlalu lelah.
Kalau seandainya jamaah memang kondisi fisiknya tidak memungkinkan karena sakit atau agak sulit, maka Menag sudah mengingatkan tidak usah dipaksakan untuk mengerjakan Ibadah shalat Arbain, karena hal itu merupakan ibadah sunah. Kalau memang sanggup dan memungkinkan, jamaah disilakan mengerjakan.
Tidak hanya imbauan, PPIH Arab Saudi juga sudah bekerja sama dengan pihak Masjid Nabawi yang sebelumnya telah menawarkan memberikan fasilitas yang mendukung dalam pelayanan untuk jamaah lansia, seperti kursi roda, meja untuk pos berjaga, sandal, kursi roda di setiap hotel, dan juga pos.
Sebagaimana arahan Menteri Agama, hal-hal yang menjadi catatan di gelombang pertama seminimal mungkin bisa diantisipasi, misalnya pemindahan jamaah dari hotel. Kalaupun ada, karena misalnya, delay pesawat, panitia tetap mengantisipasi karena informasi, misalnya dari Jeddah ada sekitar delapan jam delay, sehingga kemudian stay dulu di Mekkah.
Kalaupun ada pemindahan atau pecah kloter, maka hal tersebut diusahakan untuk diminimalisir, misalnya menjadi dua hotel. Meski demikian, pecah kloter itu memang sulit untuk dihindari karena keterbatasan tempat di Madinah.
Sebagai contoh, dalam satu hotel kapasitasnya 2.000 dan terisi 1.800 hingga 1.900, maka hanya bisa diisi satu kloter atau sebanyak 100 orang haji. Karena itu sisanya pindah ke hotel yang lain atau pecah kloter. Satu kloter bisa pecah dua atau tiga hotel.
Panitia sudah mengantisipasi itu, kalaupun terjadi, sudah disiagakan petugas transportasi, misalnya memudahkan kopernya, memudahkan jamaahnya melalui mobil-mobil yang bisa dan mengangkut jamaah agar mereka tetap nyaman.
Komitmen tersebut sebagai salah satu upaya Kemenag menyukseskan penyelenggaraan haji tahun ini yang mengusung tagline "Ramah Lansia".
Pada gelombang kedua jamaah haji Indonesia yang masuk Madinah diperkirakan mencapai 30 ribu lansia, setelah sebagian jamaah lansia gelombang pertama sudah kembali ke Tanah Air. Secara kesuluruhan, tahun ini ada sekitar 30-35 ribu haji lansia.
Sebelum masuk Madinah
Untuk kelancaran kedatangan jamaah kedua, PPIH juga akan bersiap di Terminal Hijrah yang berjarak 20 kilometer dari Kota Suci Madinah yang menjadi titik awal pemantauan jamaah haji Indonesia sebelum masuk ke Madinah.
Kasi Sektor Bir Ali Aruji Maswatu menjelaskan berbeda dengan Bir Ali, di mana jamaah haji turun untuk mengambil miqat, di Terminal Hijrah, jamaah tidak turun dari bus, namun kelengkapan dokumen jamaah akan dicek oleh petugas muassasah.
Setelah bus tiba di Terminal Hijrah, sopir akan menyerahkan paspor jamaah yang telah dikumpulkan ke muassasah di loket-loket. Selanjutnya muassasah akan memvalidkan dan mengeluarkan tasreh surat jalan.
Tugas dan fungsi para petugas di Terminal Hijrah adalah memantau pergerakan dan kedatangan bus serta melakukan cek list kedatangan jamaah di terminal itu. Selain itu juga melaporkan ke Mekkah mengenai bus-bus yang sudah tiba di Terminal Hijrah.
Panitia juga melaporkan ke Madinah, khususnya sektor-sektor, bahwa bus yang mengangkut jemaah haji akan berangkat dari Terminal Hijrah menuju hotel. Dengan begitu, petugas di sektor bisa melakukan persiapan.
Rencananya, sebanyak 15 petugas ditempatkan di Terminal Hijrah setiap harinya. Mereka bertugas mulai pukul 11.00 hingga 01.00 dinihari Waktu Arab Saudi (WAS). Hal itu dilakukan mengingat pemberangkatan bus jamaah biasanya dimulai pada pukul 06.00 pagi WAS.
Ada dua shift yang disiapkan, yakni shift pertama bertugas mulai pukul 11 siang sampai pukul 01.00 dini hari WAS, dan tergantung kedatangan bus. Tugas mereka memastikan seluruh bus dan jamaah tiba di Terminal Hijrah, sedangkan shift kedua bertugas keesokan harinya, dengan waktu yang sama.
Biasanya bus diberangkatkan dari Mekkah mulai pukul 06.00 pagi. Perjalanan dari Makkah yang memakan waktu enam sampai tujuh jam diperkirakan pukul 11.00 hingga 13.00 WAS bus tiba di Terminal Hijrah, sedangkan pada sore hari keberangkatan terakhir pukul 18.00 dan tiba di Terminal Hijrah bisa pukul 23.00 hingga 02.00 dini hari.
Setelah delapan sampai sembilan hari berada di Madinah, petugas haji akan mengawal mereka untuk kembali ke Tanah Air melalui Bandara Amir Mohammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.