Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) akan mengkaji dan mendesain ulang skenario atau teknis penyelenggaraan ibadah haji pada tahun mendatang agar bisa memberikan pelayanan terbaik bagi jamaah.
"Kami mempelajari banyak hal terkait skenario untuk penataan dan perbaikan penyelenggaraan haji tahun-tahun berikutnya," kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief dalam taklimat media di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan poin-poin yang akan didesain ulang. Pertama, soal keberangkatan dan kepulangan jamaah. Menurutnya, hal tersebut erat kaitannya dengan pengaturan ritme jadwal penerbangan pesawat.
"Soal kepulangan dan keberangkatan, saat ini tim kami sedang mereka-reka jadwal pesawat dan ritmenya, mau bagaimana? Landai di awal, tinggi di tengah, landai di belakang, rata, atau kah naik turun itu ritmenya? Sedang kita pelajari," katanya.
Kedua, soal durasi waktu jamaah tinggal di Mekkah dan Madinah. Terkait hal ini, pihaknya mengaku mendapat amanah khusus dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas untuk melakukan kajian ulang.
Menurut dia Menag berharap lama tinggal jamaah di Arab Saudi bisa diperpendek, tentunya dengan tetap mempertimbangkan regulasi yang berlaku di Arab Saudi.
"Syukur-syukur bisa diperpendek. Tapi semua itu tergantung dengan regulasi yang ada di Arab Saudi," kata dia.
Ketiga, soal pelayanan jamaah di masa puncak haji atau Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) yang menurutnya menjadi layanan pokok yang harus dirancang ulang agar menjadi lebih baik.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Kemenag akan membentuk tim khusus dan terus berkomunikasi dengan pemerintah Arab Saudi.
"Ketiga, yang paling penting, yaitu menangani selama prosesi Armina atau Masyair. Itu juga sedang kita desain. Dan ini adalah spesial force yang akan ditangani tim khusus. Mudah-mudahan ke depan bisa lebih baik," katanya.
Disinggung soal hasil investigasi bersama terkait kinerja Mashariq yang tidak optimal dalam memberikan layanan di Armuzna, ia mengatakan sampai saat laporan yang diperolehnya sebatas keterlambatan penjemputan di Muzdalifah selama tiga jam. Hasil menyeluruh, masih menunggu laporan resmi.
"Untuk yang lain, masih dikaji oleh pemerintah Arab Saudi, karena ada banyak faktor, bagaimana ketidakoptimalan itu terjadi, dan kita masih menunggu secara resmi," demikian Hilman Latief.
"Kami mempelajari banyak hal terkait skenario untuk penataan dan perbaikan penyelenggaraan haji tahun-tahun berikutnya," kata Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief dalam taklimat media di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan poin-poin yang akan didesain ulang. Pertama, soal keberangkatan dan kepulangan jamaah. Menurutnya, hal tersebut erat kaitannya dengan pengaturan ritme jadwal penerbangan pesawat.
"Soal kepulangan dan keberangkatan, saat ini tim kami sedang mereka-reka jadwal pesawat dan ritmenya, mau bagaimana? Landai di awal, tinggi di tengah, landai di belakang, rata, atau kah naik turun itu ritmenya? Sedang kita pelajari," katanya.
Kedua, soal durasi waktu jamaah tinggal di Mekkah dan Madinah. Terkait hal ini, pihaknya mengaku mendapat amanah khusus dari Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas untuk melakukan kajian ulang.
Menurut dia Menag berharap lama tinggal jamaah di Arab Saudi bisa diperpendek, tentunya dengan tetap mempertimbangkan regulasi yang berlaku di Arab Saudi.
"Syukur-syukur bisa diperpendek. Tapi semua itu tergantung dengan regulasi yang ada di Arab Saudi," kata dia.
Ketiga, soal pelayanan jamaah di masa puncak haji atau Armuzna (Arafah, Muzdalifah, dan Mina) yang menurutnya menjadi layanan pokok yang harus dirancang ulang agar menjadi lebih baik.
Untuk mewujudkan hal tersebut, Kemenag akan membentuk tim khusus dan terus berkomunikasi dengan pemerintah Arab Saudi.
"Ketiga, yang paling penting, yaitu menangani selama prosesi Armina atau Masyair. Itu juga sedang kita desain. Dan ini adalah spesial force yang akan ditangani tim khusus. Mudah-mudahan ke depan bisa lebih baik," katanya.
Disinggung soal hasil investigasi bersama terkait kinerja Mashariq yang tidak optimal dalam memberikan layanan di Armuzna, ia mengatakan sampai saat laporan yang diperolehnya sebatas keterlambatan penjemputan di Muzdalifah selama tiga jam. Hasil menyeluruh, masih menunggu laporan resmi.
"Untuk yang lain, masih dikaji oleh pemerintah Arab Saudi, karena ada banyak faktor, bagaimana ketidakoptimalan itu terjadi, dan kita masih menunggu secara resmi," demikian Hilman Latief.