Surabaya, (ANTARA Sulsel) - Kota Surabaya kembali dipercaya menjadi tuan rumah pelaksanaan agenda internasional berupa pertemuan Menteri Lingkungan se-ASEAN atau "Informal ASEAN Ministerial Meeting on the Enviromenth" (IAMME) ke-14 di Surabaya, Rabu.

Kepala Bagian Kerjasama Pemerintah Kota Surabaya, Ifron Hady Susanto, mengatakan pertemuan ini diikuti oleh sekitar 120 orang yang terdiri dari para Menteri Lingkungan negara-negara anggota ASEAN  yakni Brunei, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand dan Vietnam. Selain itu juga dihadiri China, Korea Selatan dan Jepang.

"Kota Surabaya dipilih oleh Sekretariat ASEAN sebagai tuan rumah penyelenggara IAMME ke-14 dikarenakan reputasi Surabaya sebagai kota dengan pengelolaan lingkungan terbaik. Keberhasilan Surabaya dalam pengelolaan lingkungan di antaranya mengelola sampah dengan layak dan juga penanganan sungai," katanya.

Menurut dia, salah satu kekuatan Pemkot Surabaya dalam bidang pengelolaan lingkungan adalah tingginya tingkat partisipasi warga dalam pemeliharaan lingkungan. Warga Surabaya aktif menjaga lingkungan melalui program "green and clean" dan kerja bakti massal.

Hasilnya, kata dia, sejauh ini sudah ada 18 bank sampah di Surabaya dan juga beberapa kampung yang berhasil mengelola air limbah menjadi air bersih. Reputasi itu sejalan dengan prestasi yang telah diraih Surabaya berupa penghargaan dalam pengelolaan lingkungan baik skala Nasional maupun Internasional.

"Karena itulah, Kementrian Lingkungan Hidup dan Sekretariat ASEAN memilih Pemkot Surabaya menjadi tuan rumah untuk IAMME ke-14 ini. Tentu saja, permintaan seperti ini kita tanggapi serius agar apa yang sudah kita lakukan dalam pengelolaan lingkungan, bisa menjadi contoh bagi daerah-daerah lain," katanya.

Pertemuan IAMME ke-14 di Surabaya ini membahas beberapa isu pengelolaan lingkungan khususnya polusi perbatasan. Ini karena banyak negara di kawasan ASEAN yang bertetangga dan berbatasan langsung.

Agenda yang dibahas Menteri Lingkungan negera-negara ASEAN pada Rabu (25/9), akan dilaporkan ke tiga Menteri Lingkungan di kawasan Asia pada Kamis (26/9).

"Karena kerja sama masalah lingkungan kan tidak ada batasan kawasan, tidak akan berhenti di satu lokasi. Kita berharap semua permasalahan terkait ini sudah tereduksi sehingga menjadi kawasan yang terkait 'maintenance' lingkungan," katanya.

Forum pertemuan ini bukanlah yang pertama kali di tingkat ASEAN. Sejak tahun 1981, ASEAN sudah membentuk badan sektoral yang khusus menangani isu lingkungan dan sumber daya alam yaitu "ASEAN Ministerial Meeting on the Environment" (AMME).

Forum tersebut kemudian melakukan pertemuan tiga tahun sekali. Di antara pertemuan formal AMME tersebut, dilaksanakan pertemuan IAMME ini.

Para pemimpin di ASEAN memang sudah sepakat untuk mengintensifkan kerjasama di kawasan guna menjamin kelestarian lingkungan.

Apalagi, pada 2020, kawasan ASEAN akan dibuat sebagai wilayah "green and clean". Komitmen para pemimpin ASEAN tersebut tercermin dalam salah satu pilar dari ASEAN Charter yakni dalam "ASEAN Socio Cultural Community Blueprint" (ASCC-Blueprint) periode 2009-2015.

Selain pertemuan, para Menteri Lingkungan dari negara-negara ASEAN serta tiga negara Asia tersebut diagendakan akan melakukan kunjungan ke beberapa kawasan di Surabaya pada Kamis (26/9) sore.

Kawasan yang akan dikunjungi oleh para menteri ini yakni Kecamatan Jambangan, lalu Kelurahan Gundih, Kampung Margorukun, Kecamatan Morokrembangan. Warga di dua kawasan ini berhasil mengolah limbah air menjadi air bersih serta sukses mengelola bank sampah.

"Termasuk juga berkunjung ke Superdepo Sutorejo dan juga berkunjung ke taman-taman di Surabaya," katanya.

    


Pewarta : Abdul Hakim
Editor : Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024