Makassar (ANTARA) - Subholding Pelindo Jasa Maritim (SPJM) selaku bagian dari Pelindo Group memaparkan potensi layanan marine pada 3rd The Asia Pacific Maritime Pilots’ Forum (APMPF) di Seoul, Korea. 

"Kami menyampaikan keunggulan layanan marine di APMPF, suatu forum bagi para perwira pandu untuk melakukan update terkait perkembangan peran perwira pandu," kata Direktur Utama PT Pelindo Jasa Maritim Prasetyadi di Makassar, menanggapi kehadirannya di forum tersebut bersama delegasi Indonesia, Kamis.

Dia mengatakan kegiatan yang digelar selama tiga hari itu untuk menghimpun semua delegasi di sektor kemaritiman di Asia Pasifik.

Khusus delegasi Indonesia terdiri dari unsur Pelindo, Kementerian Perhubungan, serta Asosiasi Pandu Indonesia antara lain Pasoroan Herman Harianja selaku President INAMPA (Indonesian Maritime Pilot’s Association).

Pada kesempatan itu, Prasetyadi memaparkan bahwa Pelindo saat ini telah merger dengan menyatukan kekuatan dan kapasitas Pelabuhan Indonesia (Persero) di seluruh Indonesia. 

Ia kemudian menjelaskan kedudukan keempat subholding yang dibawahi oleh Pelindo, salah satunya Pelindo Jasa Maritim, serta memaparkan keunggulan yang dimiliki SPJM khususnya dalam layanan marine. 

“Area layanan kami se-Indonesia dengan dukungan 228 kapal tugboat, lebih dari 700 pandu, ditambah 1.700 kru kapal dan 300 lebih operator radio, termasuk 60 kantor cabang, ” jelas Prasetyadi.

Ia pun menyampaikan bahwa layanan marine SPJM telah memadai dan mumpuni serta disediakannya jaminan level of service khususnya layanan pemanduan laut dalam. Diperkuat oleh 56 pandu laut dalam yang bersertifikasi dan memiliki keahlian dan pengalaman. 

10 perwira pandu diantaranya juga tersertifikasi sebagai Person in Overall Advisory Control (POAC). Saat ini total Pandu Pelindo yang dikelola oleh SPJM berjumlah sekitar 716 pandu profesional Class 1 dan Class 2.

Dari 716 orang pandu tersebut, 15 di antaranya telah meraih “International Ships Handling Certificate“ dari Inggris, Australia, Singapura and Prancis.

Dalam forum tersebut,  Prasetyadi juga menyampaikan urgensi pemanduan di Selat Malaka. Terutama dalam upaya keselamatan kapal dan lingkungan, dengan pengoptimalan layanan pemanduan di area Strait of Malacca and Singapore (SOMS) sangat berdampak pada ekosistem marine setempat. 

Apalagi, lanjut dia, jumlah dan ukuran kapal yang besar membutuhkan dukungan pemanduan agar kapal dapat melalui perairan dengan selamat. Tidak terkira besarnya potensi pencemaran yang dapat terjadi, seiring dengan kecelakaan kapal yang berlayar tanpa pemanduan. Sebut saja polusi dan tumpahan minyak yang membahayakan perairan yang merupakan territorial di 3 negara, yaitu Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

Karena kedudukan Malaka ibarat jantung dalam rute pelayaran dan arus barang yang merupakan kebutuhan penduduk dunia, Prasetyadi mengajak para professional di bidang maritim se-Asia Pasifik tersebut, untuk turut menyatukan komitmen dan mendukung inisiatif keselamatan dan keamanan di area SOMS.

Di sela-sela forum, Direktur Utama SPJM menyempatkan untuk berkomunikasi dengan para perwira pandu dari beberapa negara tetangga antara lain Negara Brunei dan Chief of Pilot dari Papua Nugini untuk berkolaborasi dalam beberapa program pandu seperti Mooring Master dan Kapal Tunda.

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024