Makassar (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wajo, Sulsel menemukan ratusan hektare tanaman cabai terancam gagal panen usai melakukan survei kondisi areal pertanaman cabai di Desa Limporilau, Kabupaten Wajo.

Kepala BPBD Wajo Syamsul Bahri mengunjungi beberapa titik area pertanaman cabai untuk melihat langsung kondisi terkini tanaman cabai masyarakat, tepatnya di Kecamatan Belawa, Rabu.

Syamsul menemukan areal pertanaman cabai seluas 200 Ha dengan petani sekitar 150 KK dalam kondisi sudah berbuah tetapi terancam kering dan mati apabila tidak disuplai  air. Sedangkan sungai sepanjang 5 km dalam kondisi kering di Desa Limporilau.

"Petani cabai di sini sangat membutuhkan segera air, kalau tidak tanaman cabai yang sudah menghasilkan terancam kering dan mati," kata dia melalui keterangannya di Makassar.

Sehingga Syamsul bersama petani telah bermusyawarah dan menyepakati untuk memompa air dari muara ke sungai yang diharapkan bisa dimanfaatkan oleh petani.

Kondisi yang sama dihadapi oleh sejumlah petani padi di lingkungan Salompare'e Kelurahan Belawa. Sekitar 50 Ha tanaman padi dilanda kekeringan dan membutuhkan air. Kondisi ini diperparah karena tanggul di sisi Sungai Bila juga jebol di beberapa lokasi.

"Ada air dari Sungai Bila yang dapat dipompa, mereka hanya terkendala pada operasional pompanisasi yang ada, insya Allah kita carikan solusinya," ujarnya.

Para petani di Kecamatan Belawa mengapresiasi langkah antisipasi pihak BPBD Pemkab Wajo atas kondisi yang dihadapi saat ini.

Menurut Syamsul, giat yang dilakukan ini menjadi salah satu upaya untuk mengantisipasi gagal panen lahan pertanian cabai warga di Kecamatan Belawa, akibat dampak kekeringan karena kondisi Elnino.

Selain itu, langkah ini sebagai bentuk tindak lanjut atas arahan Bupati Wajo pada saat pelaksanaan rapat koordinasi penanganan tanggap darurat kekeringan, selaku komandan posko terpadu tanggap darurat, langsung bergerak di beberapa wilayah terdampak bencana kekeringan.

Pewarta : Nur Suhra Wardyah
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024