Makassar (ANTARA Sulsel) - Badan Pekerja Lembaga Studi Kebijakan Publik Salma Ruslan mengatakan, kebijakan tentang ketahanan pangan di Sulawesi Selatan harus ditinjau ulang, menyusul penemuan empat kasus anak usia bawah lima tahun gizi buruk di Kabupaten Sidrap.
"Kebijakan ketahanan pangan ini perlu ditinjau sinkronisasi penerapannya di lapangan, karena Sulsel yang dikenal sebagai salah satu penyangga pangan nasional, masih memiliki kasus gizi buruk di lapangan," kata Salma di Makassar, Rabu.
Menurut dia, kasus gizi buruk itu memiliki efek gunung es, artinya apabila ditemukan satu kasus, memungkinkan ada 10 hingga 100 kali lipat di lapangan yang belum ditemukan.
Dia mengatakan, Pemprov Sulsel yang dinakhodai Syahrul Yasin Limpo hendaknya memberikan perhatian penuh pada kasus gizi buruk itu, sehingga tidak hanya konsen pada peningkatan ekspor sejumlah komoditi dan memproklamirkan daerah ini sebagai penyanggah pangan.
"Namun fenomena di lapangan ada warganya yang mengalami busung lapar atau gizi buruk ditengah-tengah prestasi sebagai daerah penyangga pangan nasional," katanya.
Sementara itu, Kepala Instalasi Gizi,Rumah Sakit Agus Arifin Nu`mang Kabupaten Sidrap Sulsel Risma Ernawati membenarkan terdapat empat kasus gizi buruk yang ditangani di RS itu dalam sebulan terakhir.
Dia mengatakan, dua orang pasien diantaranya berasal dari Kelurahan Carawaliki yang sudah tidak mempu menggerakkan badannya saat pertama kali masuk ke rumah sakit.
"Setelah mendapatkan perawatan, kondisi kedua bayi tersebut berangsur membaik dan kemudian diizinkan pulang," ujarnya.
Menurut dia, jika penderita gizi buruk karena asupan gizi yang kurang, maka akan cepat tertangani setelah memberikan formula yang cukup. Namun jika pasien gizi buruk itu juga menderita komplikasi dengan penyakit infeksi lainnya, maka yang ditangani terlebih dahulu adalah penyakitnya.
"Kebijakan ketahanan pangan ini perlu ditinjau sinkronisasi penerapannya di lapangan, karena Sulsel yang dikenal sebagai salah satu penyangga pangan nasional, masih memiliki kasus gizi buruk di lapangan," kata Salma di Makassar, Rabu.
Menurut dia, kasus gizi buruk itu memiliki efek gunung es, artinya apabila ditemukan satu kasus, memungkinkan ada 10 hingga 100 kali lipat di lapangan yang belum ditemukan.
Dia mengatakan, Pemprov Sulsel yang dinakhodai Syahrul Yasin Limpo hendaknya memberikan perhatian penuh pada kasus gizi buruk itu, sehingga tidak hanya konsen pada peningkatan ekspor sejumlah komoditi dan memproklamirkan daerah ini sebagai penyanggah pangan.
"Namun fenomena di lapangan ada warganya yang mengalami busung lapar atau gizi buruk ditengah-tengah prestasi sebagai daerah penyangga pangan nasional," katanya.
Sementara itu, Kepala Instalasi Gizi,Rumah Sakit Agus Arifin Nu`mang Kabupaten Sidrap Sulsel Risma Ernawati membenarkan terdapat empat kasus gizi buruk yang ditangani di RS itu dalam sebulan terakhir.
Dia mengatakan, dua orang pasien diantaranya berasal dari Kelurahan Carawaliki yang sudah tidak mempu menggerakkan badannya saat pertama kali masuk ke rumah sakit.
"Setelah mendapatkan perawatan, kondisi kedua bayi tersebut berangsur membaik dan kemudian diizinkan pulang," ujarnya.
Menurut dia, jika penderita gizi buruk karena asupan gizi yang kurang, maka akan cepat tertangani setelah memberikan formula yang cukup. Namun jika pasien gizi buruk itu juga menderita komplikasi dengan penyakit infeksi lainnya, maka yang ditangani terlebih dahulu adalah penyakitnya.