Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengatakan makna dan esensi dari peringatan Hari Ibu harus terus digaungkan agar setiap perempuan di Indonesia dapat termotivasi menjadi mandiri, sehingga memiliki daya tawar dalam masyarakat.
"Perempuan harus terus meningkatkan kapasitas, kompetensi, dan prestasinya, serta berani bersuara. Perempuan di Papua Barat harus sanggup hidup mandiri, berdaya, dan terus belajar mengasah keterampilan diri. Jika setiap perempuan di Papua Barat dan Indonesia mampu mandiri, maka perempuan akan memiliki bargaining position yang lebih tinggi dari sebelumnya, memiliki nilai lebih di masyarakat," kata Menteri Bintang Puspayoga dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.
Hal itu dikatakannya saat roadshow tiga kota dalam rangka Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-95 yang diawali di Kota Manokwari, Papua Barat.
Menurutnya, perempuan yang mampu mandiri dan berdaya akan mengurangi jumlah kekerasan terhadap perempuan dan anak, karena ada pengakuan terhadap posisi perempuan dalam masyarakat.
Ia mengatakan perempuan berdaya, kemandirian perempuan, dan tidak adanya perkawinan usia anak, adalah beberapa isu perempuan yang mendasari ditetapkannya Hari Ibu pada Kongres Perempuan pertama di Indonesia yang dilaksanakan pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta.
"Kongres Perempuan pertama merupakan titik penting pergerakan perempuan yang menandai babak baru bangkitnya organisasi perempuan di Indonesia tanpa membedakan agama, etnis, dan kelas sosial. Itu sebabnya Hari Ibu berbeda dengan sekedar peringatan Mother’s Day. Esensi Hari Ibu jauh lebih besar," katanya.
Menteri Bintang Puspayoga berharap peringatan Hari Ibu dapat menginspirasi semua perempuan di Indonesia untuk tidak berpuas diri dan berani melangkah maju.
"Perempuan harus terus meningkatkan kapasitas, kompetensi, dan prestasinya, serta berani bersuara. Perempuan di Papua Barat harus sanggup hidup mandiri, berdaya, dan terus belajar mengasah keterampilan diri. Jika setiap perempuan di Papua Barat dan Indonesia mampu mandiri, maka perempuan akan memiliki bargaining position yang lebih tinggi dari sebelumnya, memiliki nilai lebih di masyarakat," kata Menteri Bintang Puspayoga dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.
Hal itu dikatakannya saat roadshow tiga kota dalam rangka Peringatan Hari Ibu (PHI) ke-95 yang diawali di Kota Manokwari, Papua Barat.
Menurutnya, perempuan yang mampu mandiri dan berdaya akan mengurangi jumlah kekerasan terhadap perempuan dan anak, karena ada pengakuan terhadap posisi perempuan dalam masyarakat.
Ia mengatakan perempuan berdaya, kemandirian perempuan, dan tidak adanya perkawinan usia anak, adalah beberapa isu perempuan yang mendasari ditetapkannya Hari Ibu pada Kongres Perempuan pertama di Indonesia yang dilaksanakan pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta.
"Kongres Perempuan pertama merupakan titik penting pergerakan perempuan yang menandai babak baru bangkitnya organisasi perempuan di Indonesia tanpa membedakan agama, etnis, dan kelas sosial. Itu sebabnya Hari Ibu berbeda dengan sekedar peringatan Mother’s Day. Esensi Hari Ibu jauh lebih besar," katanya.
Menteri Bintang Puspayoga berharap peringatan Hari Ibu dapat menginspirasi semua perempuan di Indonesia untuk tidak berpuas diri dan berani melangkah maju.