Makassar (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan menyambut rombongan peserta pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah 2023 bersama KRI Dewaruci.
Wakil Bupati Kepulauan Selayar Saiful Arif bersama Forkopimda setempat menyambut langsung para peserta di Pelabuhan Benteng, Selayar, Rabu.
"Atas nama pemerintah kami menyambut rombongan dan menyampaikan ucapan selamat datang pada ajang Budaya Maritim Tahun 2023 ini," ujarnya.
Pada pelayaran itu kapal legenda KRI Dewaruci mengangkut 46 rombongan laskar rempah, jurnalis, influencer dan peneliti yang merupakan pelaksanaan pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah kedua.
Wakil Bupati mengatakan peserta pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah pertama dilaksanakan setahun sebelumnya dan dilaksanakan di enam titik.
Kemudian di tahun ini Kabupaten Kepulauan Selayar menjadi tujuan pelayaran yang pertama kalinya dengan menyusuri jejak peradaban yang pernah ada dalam jalur rempah.
Rombongan sendiri mulai bertolak dari Surabaya ke Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan pada 24 November 2023 dengan menempuh perjalanan selama empat hari.
"Ajang Muhibah Budaya Jalur Rempah 2023 terselenggara atas kerja sama Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Dirjen Kebudayaan," katanya.
Saiful Arif mengatakan, pada masa lalu Kabupaten Kepulauan Selayar pernah menjadi rute dagang menuju pusat rempah-rempah di Maluku.
Di Pulau Selayar pedagang singgah untuk mengisi perbekalan sambil menunggu musim yang baik untuk berlayar. Dari aktivitas pelayaran ini pula, muncul nama Selayar. Nama Selayar berasal dari kata Cedaya (Bahasa Sansekerta) yang berarti satu layar.
"Karena konon banyak perahu satu layar yang singgah di pulau ini. Kata Cedaya telah diabadikan namanya dalam kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca pada abad ke-14,” ucap Saiful Arif.
Dirinya menambahkan, pada pertengahan abad ke-14 ketika Majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanegara, Selayar digolongkan dalam nusantara, yaitu pulau-pulau lain di luar Jawa yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Ini berarti bahwa armada Gajahmada atau Laksamana Nala pernah singgah di pulau itu
Untuk kegiatan festival budaya maritim di Kepulauan Selayar dengan tema “Kelapaku Budayaku, Lautku Kehidupanku” diangkat berdasarkan sumber daya alam berupa kelapa yang pernah menjadi emas bagi masyarakat Selayar, nusantara dan dunia.
Sementara itu, perwakilan dari Kemendikbudristek Yusnawati menyatakan bahwa dalam pelayaran ini menyusuri simpul Kepulauan Selayar, pulau yang pernah menjadi tempat persinggahan para pemburu rempah dari barat ke timur, dan sebaliknya.
“Jalur rempah bukan sekadar rangkaian pulau-pulau yang tersebar di lautan Nusantara saja, tetapi sejatinya adalah jalur kisah perjalanan bangsa kita. Melalui muhibah jalur rempah ini, kita menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan pertukaran budaya yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kita sebagai bangsa maritim,” terangnya.
Wakil Bupati Kepulauan Selayar Saiful Arif bersama Forkopimda setempat menyambut langsung para peserta di Pelabuhan Benteng, Selayar, Rabu.
"Atas nama pemerintah kami menyambut rombongan dan menyampaikan ucapan selamat datang pada ajang Budaya Maritim Tahun 2023 ini," ujarnya.
Pada pelayaran itu kapal legenda KRI Dewaruci mengangkut 46 rombongan laskar rempah, jurnalis, influencer dan peneliti yang merupakan pelaksanaan pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah kedua.
Wakil Bupati mengatakan peserta pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah pertama dilaksanakan setahun sebelumnya dan dilaksanakan di enam titik.
Kemudian di tahun ini Kabupaten Kepulauan Selayar menjadi tujuan pelayaran yang pertama kalinya dengan menyusuri jejak peradaban yang pernah ada dalam jalur rempah.
Rombongan sendiri mulai bertolak dari Surabaya ke Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan pada 24 November 2023 dengan menempuh perjalanan selama empat hari.
"Ajang Muhibah Budaya Jalur Rempah 2023 terselenggara atas kerja sama Pemerintah Kabupaten Kepulauan Selayar dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Dirjen Kebudayaan," katanya.
Saiful Arif mengatakan, pada masa lalu Kabupaten Kepulauan Selayar pernah menjadi rute dagang menuju pusat rempah-rempah di Maluku.
Di Pulau Selayar pedagang singgah untuk mengisi perbekalan sambil menunggu musim yang baik untuk berlayar. Dari aktivitas pelayaran ini pula, muncul nama Selayar. Nama Selayar berasal dari kata Cedaya (Bahasa Sansekerta) yang berarti satu layar.
"Karena konon banyak perahu satu layar yang singgah di pulau ini. Kata Cedaya telah diabadikan namanya dalam kitab Negarakertagama karangan Empu Prapanca pada abad ke-14,” ucap Saiful Arif.
Dirinya menambahkan, pada pertengahan abad ke-14 ketika Majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk yang bergelar Rajasanegara, Selayar digolongkan dalam nusantara, yaitu pulau-pulau lain di luar Jawa yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Ini berarti bahwa armada Gajahmada atau Laksamana Nala pernah singgah di pulau itu
Untuk kegiatan festival budaya maritim di Kepulauan Selayar dengan tema “Kelapaku Budayaku, Lautku Kehidupanku” diangkat berdasarkan sumber daya alam berupa kelapa yang pernah menjadi emas bagi masyarakat Selayar, nusantara dan dunia.
Sementara itu, perwakilan dari Kemendikbudristek Yusnawati menyatakan bahwa dalam pelayaran ini menyusuri simpul Kepulauan Selayar, pulau yang pernah menjadi tempat persinggahan para pemburu rempah dari barat ke timur, dan sebaliknya.
“Jalur rempah bukan sekadar rangkaian pulau-pulau yang tersebar di lautan Nusantara saja, tetapi sejatinya adalah jalur kisah perjalanan bangsa kita. Melalui muhibah jalur rempah ini, kita menghidupkan kembali semangat kebersamaan dan pertukaran budaya yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kita sebagai bangsa maritim,” terangnya.