Istanbul (ANTARA) - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Rabu mengatakan bahwa imbangan Rusianya Vladimir Putin tidak akan mengakhiri perang kedua negara mereka hingga "kita mengakhirinya"
“Kalau kita tidak bertahan, baru-baru ini kita mendengar tentang Finlandia, tentang kemerdekaan Uzbekistan, dan sebagainya. Dia (Putin) tidak akan mengakhiri semuanya sampai kita semua menghentikannya bersama-sama,” kata Zelenskyy pada konferensi pers dengan Presiden Lithuania Gitanas Nauseda di ibu kota Vilnius.
Mengatakan bahwa presiden Rusia tidak akan puas hingga dia "menghancurkan Ukraina," Zelenskyy menyebutkan dia tahu siapa yang akan menghadapi risiko jika Kiev dikalahkan.
"Apakah itu enak didengar? Mungkin tidak. Karena ini adalah tantangan, dan perang adalah bencana memilukan tanpa ada hal positif di dalamnya," kata Zelenskyy, menasehati bahwa Lithuania, Latvia, Estonia dan Moldova dapat menjadi sasaran berikutnya.
Zelenskyy mengatakan Ukraina, di mana Rusia meluncurkan "operasi militer khusus" pada Februari 2022, berada dalam tekanan dari mitranya untuk menghentikan perlawanan.
"Ada suara-suara yang berbeda. Saya mendengar, membaca, dan mengetahui di media. Ada suara-suara yang berbeda, dan ada diskusi yang berbeda. Saya pikir para mitra belum secara resmi siap memberi kami sinyal yang sesuai. Setidaknya, saya secara pribadi belum mendengarnya," kata Zelenskyy.
Sementara itu Nauseda mengatakan Lithuania akan terus mendukung Ukraina dengan segala cara baik militer, politik maupun ekonomi.
"Pada Dewan Pertahanan Negara, kami telah menyetujui paket bantuan militer jangka panjang senilai 200 juta euro (Rp3,4 trilyun) untuk Ukraina," kata dia.
“Kami akan mengirimkan amunisi, generator, dan sistem peledakan ke Ukraina pada bulan Januari, dan pengangkut personel lapis baja M577 pada bulan Februari. Kami juga akan melatih tentara Ukraina,” tambah Nauseda.
Zelenskyy tiba di Lithuania dalam kunjungan regional tanpa pemberitahuan sehari sebelumnya, dan diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Estonia dan Latvia.
Pertanyaan membayangi mengenai masa depan konflik tersebut, yang mendekati tahun ketiga, di tengah kemajuan serangan balasan Ukraina yang diduga lebih lambat dari perkiraan dan ketidaksepakatan Barat mengenai pendanaan lebih lanjut ke Kiev.
Sumber: Anadolu
“Kalau kita tidak bertahan, baru-baru ini kita mendengar tentang Finlandia, tentang kemerdekaan Uzbekistan, dan sebagainya. Dia (Putin) tidak akan mengakhiri semuanya sampai kita semua menghentikannya bersama-sama,” kata Zelenskyy pada konferensi pers dengan Presiden Lithuania Gitanas Nauseda di ibu kota Vilnius.
Mengatakan bahwa presiden Rusia tidak akan puas hingga dia "menghancurkan Ukraina," Zelenskyy menyebutkan dia tahu siapa yang akan menghadapi risiko jika Kiev dikalahkan.
"Apakah itu enak didengar? Mungkin tidak. Karena ini adalah tantangan, dan perang adalah bencana memilukan tanpa ada hal positif di dalamnya," kata Zelenskyy, menasehati bahwa Lithuania, Latvia, Estonia dan Moldova dapat menjadi sasaran berikutnya.
Zelenskyy mengatakan Ukraina, di mana Rusia meluncurkan "operasi militer khusus" pada Februari 2022, berada dalam tekanan dari mitranya untuk menghentikan perlawanan.
"Ada suara-suara yang berbeda. Saya mendengar, membaca, dan mengetahui di media. Ada suara-suara yang berbeda, dan ada diskusi yang berbeda. Saya pikir para mitra belum secara resmi siap memberi kami sinyal yang sesuai. Setidaknya, saya secara pribadi belum mendengarnya," kata Zelenskyy.
Sementara itu Nauseda mengatakan Lithuania akan terus mendukung Ukraina dengan segala cara baik militer, politik maupun ekonomi.
"Pada Dewan Pertahanan Negara, kami telah menyetujui paket bantuan militer jangka panjang senilai 200 juta euro (Rp3,4 trilyun) untuk Ukraina," kata dia.
“Kami akan mengirimkan amunisi, generator, dan sistem peledakan ke Ukraina pada bulan Januari, dan pengangkut personel lapis baja M577 pada bulan Februari. Kami juga akan melatih tentara Ukraina,” tambah Nauseda.
Zelenskyy tiba di Lithuania dalam kunjungan regional tanpa pemberitahuan sehari sebelumnya, dan diperkirakan akan melakukan perjalanan ke Estonia dan Latvia.
Pertanyaan membayangi mengenai masa depan konflik tersebut, yang mendekati tahun ketiga, di tengah kemajuan serangan balasan Ukraina yang diduga lebih lambat dari perkiraan dan ketidaksepakatan Barat mengenai pendanaan lebih lanjut ke Kiev.
Sumber: Anadolu