Mamuju (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Sulawesi Barat melaksanakan sosialisasi peningkatan tutupan vegetasi dalam upaya mitigasi perubahan iklim di Kabupaten Mamuju.
Kepala DLH Sulbar Zulkifli Manggazali di Mamuju, Senin, mengatakan sosialisasi itu dilaksanakan di tiga desa di Kabupaten Mamuju, yakni Desa Saludengen, Batu Pannu, dan Sinyonyoi.
Pengendalian kerusakan lingkungan, kata dia, urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, sebagaimana diamanatkan dalam Permen LHK Nomor 27 Tahun 2021 tentang Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH).
Ia mengatakan IKLH menggambarkan kualitas lingkungan hidup di suatu wilayah.
"Di mana salah satu indikator perhitungan adalah Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) yang didapatkan dari tutupan hutan, baik dalam kawasan maupun di luar kawasan hutan, hutan kota, ruang terbuka hijau, dan tutupan vegetasi lainnya," kata dia.
Peningkatan tutupan lahan dengan tanaman produktif, kata Zulkifli Manggazali, bertujuan menambah tutupan vegetasi, di mana vegetasi berupa pohon berfungsi sebagai penyerap karbon dan bermanfaat memenuhi kebutuhan pangan atau nilai ekonomis bagi masyarakat.
"Penanaman tanaman produktif ini diharapkan menjadi solusi bagi lingkungan dan masyarakat, karena tanaman produktif dapat bernilai ekonomis dan akarnya yang dalam mampu mencegah erosi, banjir, dan tanah longsor," kata dia.
Perubahan penggunaan lahan miring dari vegetasi permanen atau hutan menjadi lahan pertanian intensif, kata dia, menyebabkan tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi.
"Akibat degradasi oleh erosi tanah ini dapat dirasakan dengan semakin meluasnya lahan kritis. Praktik penebangan dan perusakan hutan atau deforestasi merupakan penyebab utama terjadinya erosi di kawasan daerah aliran sungai (DAS)," kata dia.
Ia berharap, masyarakat tidak membuka lahan di daerah dengan kondisi miring atau curam untuk ditanami tanaman pertanian jangka pendek, seperti jagung, nilam atau padi ladang.
"Karena tanaman itu memiliki akar yang dangkal sehingga tidak mampu mengikat tanah dan menyimpan air yang dapat mengakibatkan erosi, banjir, dan tanah longsor," ujar Zulkifli Manggazali.
Kepala DLH Sulbar Zulkifli Manggazali di Mamuju, Senin, mengatakan sosialisasi itu dilaksanakan di tiga desa di Kabupaten Mamuju, yakni Desa Saludengen, Batu Pannu, dan Sinyonyoi.
Pengendalian kerusakan lingkungan, kata dia, urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, sebagaimana diamanatkan dalam Permen LHK Nomor 27 Tahun 2021 tentang Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH).
Ia mengatakan IKLH menggambarkan kualitas lingkungan hidup di suatu wilayah.
"Di mana salah satu indikator perhitungan adalah Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) yang didapatkan dari tutupan hutan, baik dalam kawasan maupun di luar kawasan hutan, hutan kota, ruang terbuka hijau, dan tutupan vegetasi lainnya," kata dia.
Peningkatan tutupan lahan dengan tanaman produktif, kata Zulkifli Manggazali, bertujuan menambah tutupan vegetasi, di mana vegetasi berupa pohon berfungsi sebagai penyerap karbon dan bermanfaat memenuhi kebutuhan pangan atau nilai ekonomis bagi masyarakat.
"Penanaman tanaman produktif ini diharapkan menjadi solusi bagi lingkungan dan masyarakat, karena tanaman produktif dapat bernilai ekonomis dan akarnya yang dalam mampu mencegah erosi, banjir, dan tanah longsor," kata dia.
Perubahan penggunaan lahan miring dari vegetasi permanen atau hutan menjadi lahan pertanian intensif, kata dia, menyebabkan tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi.
"Akibat degradasi oleh erosi tanah ini dapat dirasakan dengan semakin meluasnya lahan kritis. Praktik penebangan dan perusakan hutan atau deforestasi merupakan penyebab utama terjadinya erosi di kawasan daerah aliran sungai (DAS)," kata dia.
Ia berharap, masyarakat tidak membuka lahan di daerah dengan kondisi miring atau curam untuk ditanami tanaman pertanian jangka pendek, seperti jagung, nilam atau padi ladang.
"Karena tanaman itu memiliki akar yang dangkal sehingga tidak mampu mengikat tanah dan menyimpan air yang dapat mengakibatkan erosi, banjir, dan tanah longsor," ujar Zulkifli Manggazali.