Gowa (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), menargetkan penurunan kasus stunting dan kemiskinan ekstrem sesuai dengan target pemerintah pusat yaitu prevalensi stunting di angka 14 persen pada 2024.
Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan di Gowa, Kamis, mengatakan untuk penanganan stunting di daerahnya sudah berjalan baik dan angka prevalensinya menunjukkan penurunan dari tahun ke tahunnya.
"Penanganan stunting di Gowa sudah cukup baik, angka prevalensi setiap tahunnya juga terus turun dan Gowa itu sudah di bawah angka target nasional," ujarnya.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi stunting di Kabupaten Gowa sebesar 44,50 persen, turun menjadi menjadi 36,90 persen pada 2019. Kemudian berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), pada tahun 2021 prevalensi stunting di Gowa turun menjadi 33,0 persen dan pada 2022 tetap berada pada posisi 33,0 persen.
Adnan mengatakan stunting dan kemiskinan ekstrem merupakan dua masalah yang menuntut perhatian serius dalam upaya mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
"Dampak dari kedua masalah ini sangat merugikan tidak hanya bagi individu dan keluarga yang terkena dampak langsung, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan dan kemajuan pembangunan secara umum," katanya.
Ia menyebut saran dan masukan dari seluruh pihak dibutuhkan untuk mengurangi angka stunting dan kemiskinan di Gowa. Karena itu berharap melalui Musrenbang dan Forum Rembuk Stunting akan menciptakan tekad berkolaborasi dan bersinergi dengan seluruh pihak demi Gowa menjadi daerah yang lebih sejahtera, inklusif dan berdaya saing.
Sementara Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Gowa Sujjadan mengatakan Musrenbang Tematik merupakan bagian dari tahapan perencanaan pembangunan tahunan untuk menjamin agar permasalahan stunting dan kemiskinan ekstrim menjadi perhatian seluruh pemangku kebijakan di Gowa.
"Kami ingin permasalahan stunting dan kemiskinan ekstrem dapat terintegrasi ke dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah sehingga dapat dilakukan intervensi dalam mewujudkan Gowa yang bebas stunting dan kemiskinan ekstrem," katanya.
"TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting) Kabupaten Gowa telah melaksanakan analisis situasi. Berdasarkan analisis situasi itu ditetapkan sebanyak 16 desa lokasi prioritas program percepatan penurunan stunting. Inilah yang menjadi perhatian seluruh stakeholders yang terlibat dalam menyusun program kegiatan intervensi stunting," jelasnya.
Sementara terkait kemiskinan ekstrim, kata dia, berdasarkan hasil verifikasi dan validasi, pada 2023 ada 1.108 jiwa atau 0,42 persen dari total jumlah penduduk Gowa mengalami miskin ekstrem.
"Diperlukan formulasi program yang terintegrasi dan saling melengkapi satu sama lain sehingga dapat berdampak signifikan pada penurunan angka prevalensi stunting dan kemiskinan ekstrim di Kabupaten Gowa," ucap Sujjadan.
Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan di Gowa, Kamis, mengatakan untuk penanganan stunting di daerahnya sudah berjalan baik dan angka prevalensinya menunjukkan penurunan dari tahun ke tahunnya.
"Penanganan stunting di Gowa sudah cukup baik, angka prevalensi setiap tahunnya juga terus turun dan Gowa itu sudah di bawah angka target nasional," ujarnya.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi stunting di Kabupaten Gowa sebesar 44,50 persen, turun menjadi menjadi 36,90 persen pada 2019. Kemudian berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), pada tahun 2021 prevalensi stunting di Gowa turun menjadi 33,0 persen dan pada 2022 tetap berada pada posisi 33,0 persen.
Adnan mengatakan stunting dan kemiskinan ekstrem merupakan dua masalah yang menuntut perhatian serius dalam upaya mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.
"Dampak dari kedua masalah ini sangat merugikan tidak hanya bagi individu dan keluarga yang terkena dampak langsung, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan dan kemajuan pembangunan secara umum," katanya.
Ia menyebut saran dan masukan dari seluruh pihak dibutuhkan untuk mengurangi angka stunting dan kemiskinan di Gowa. Karena itu berharap melalui Musrenbang dan Forum Rembuk Stunting akan menciptakan tekad berkolaborasi dan bersinergi dengan seluruh pihak demi Gowa menjadi daerah yang lebih sejahtera, inklusif dan berdaya saing.
Sementara Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Gowa Sujjadan mengatakan Musrenbang Tematik merupakan bagian dari tahapan perencanaan pembangunan tahunan untuk menjamin agar permasalahan stunting dan kemiskinan ekstrim menjadi perhatian seluruh pemangku kebijakan di Gowa.
"Kami ingin permasalahan stunting dan kemiskinan ekstrem dapat terintegrasi ke dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah sehingga dapat dilakukan intervensi dalam mewujudkan Gowa yang bebas stunting dan kemiskinan ekstrem," katanya.
"TPPS (Tim Percepatan Penurunan Stunting) Kabupaten Gowa telah melaksanakan analisis situasi. Berdasarkan analisis situasi itu ditetapkan sebanyak 16 desa lokasi prioritas program percepatan penurunan stunting. Inilah yang menjadi perhatian seluruh stakeholders yang terlibat dalam menyusun program kegiatan intervensi stunting," jelasnya.
Sementara terkait kemiskinan ekstrim, kata dia, berdasarkan hasil verifikasi dan validasi, pada 2023 ada 1.108 jiwa atau 0,42 persen dari total jumlah penduduk Gowa mengalami miskin ekstrem.
"Diperlukan formulasi program yang terintegrasi dan saling melengkapi satu sama lain sehingga dapat berdampak signifikan pada penurunan angka prevalensi stunting dan kemiskinan ekstrim di Kabupaten Gowa," ucap Sujjadan.