Makassar (ANTARA Sulsel) - Aparat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Maros bersama sejumlah warga setempat berangkat ke lokasi kecelakaan bus Zahra yang jatuh ke jurang di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, guna membantu mengidentifikasi sejumlah penumpang tewas.

"Kami tidak ingin tinggal diam saja dan menunggu kabar mengenai para korban kecelakaan bus yang jatuh ke jurang di sekitar Mangkutana," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maros, Yudhi Indrajaya di Maros, Kamis.

Ia mengatakan, para korban yang berada dalam bus Zahra itu umumnya adalah warga Kabupaten Maros yang berencana ke Poso, Sulawesi Tengah, untuk berkebun.

Dalam rombongan itu juga, Kepala Desa Timpuseng serta dua mobil keluarga korban ikut bersama mereka untuk memastikan para korban meninggal yang belum teridentifikasi karena terjebak dalam mobil saat meledak.

Kehadiran Kepala Desa Firdaus Aming bersama pihak keluarga korban kecelakaan maut itu diharapkan dapat membantu mengidentifikasi jenazah yang merupakan warganya.

"Umumnya warga itu merupakan petani di Camba. Jika musim menanam padi mereka ke Camba untuk menggarap sawahnya. Setelah masa tanam di Camba selesai, mereka ke Poso lagi untuk berkebun. Ini mereka sedang berencana ke Poso," jelasnya.

Rombongan yang berangkat sejak Kamis sore itu akan menempuh waktu perjalanan sekitar 12 jam atau dengan jarak tempuh sekitar 330 kilometer (km) dari Kota Butta Salewangang Maros.

Kecelakaan maut yang terjadi di daerah Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, masih simpang siur mengenai data-data jumlah korban dari bus asal Makassar tujuan Palu, Sulawesi Tengah.

Direktur Lalu Lintas Polda Sulsel Kombes Pol Tri Warno Atmojo yang dikonfirmasi, mengatakan, jumlah korban yang mengalami kecelakaan maut itu sebanyak 35 orang.

"Informasi langsung dari anak buah yang saya terima ada 35 orang yang menjadi korban kecelakaan dan delapan di antaranya meninggal dunia, enam orang yang mengalami luka berat serta delapan orang luka ringan," katanya.

Dia mengatakan terus memantau perkembangan kecelakaan maut itu melalui bawahannya yang ada di Polres Luwu Timur dan dirinya mengaku masih terus diberikan kabar terbaru.

Informasi lain yang berkembang di sekitar lokasi menyebutkan jika korban meninggal dunia dalam kecelakaan itu sebanyak 16 hingga 18 orang. Namun, data tersebut diakui Dirlantas Kombes Pol Tri Warno belum merupakan data akhir.

"Kalau data bawahan saya yang ada di Polres menyebutkan delapan orang. Saya tidak tahu kalau sudah 16 atau 18 orang dan jumlah penumpang yang dilaporkan juga 35 orang bukan 45 orang," ujarnya.

Sebelumnya dilaporkan, sebuah bus mengalamai kecelakaan merenggut 18 korban jiwa di Kecamatan Mangkutana, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Bus itu dalam perjalanan dari Kabupaten Maros Sulawesi Selatan tujuan Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng).

"Laporan yang diterima, peristiwa nahas itu terjadi Kamis sekitar pukul 05.00 Wita," kata Kasat Lantas Polres Lutim Abd Rahman menanggapi kejadiaan mengenaskan tersebut.

Kecelakaan bus penumpang umum dengan nomor polisi DD-7506-JA terjadi di poros trans Sulawesi tersebut, berangkat dari Kabupaten Maros Sulsel membawa 45 penumpang tujuan Poso, Sulteng. Sebelum terbakar, bus terjun masuk jurang.

Menurut Rahman, 16 orang penumpang ditemukan sudah tidak bernyawa di tempat kejadian perkara (TKP). Sementara petugas dan masyarakat setempat hingga berita ini disiarkan baru berhasil mengevakuasi lima orang dari dalam bus, sementara 11 orang lainnya masih terperangkap dalam badan bus yang terbakar.

Sementara itu, petugas PT Jasa Raharja Perwakilan Palopo yang bertugas di Samsat Malili juga telah berada di TKP untuk mendata korban dalam kecelakaan maut tersebut.

Laporan sementara menyebutkan, sebanyak 29 orang mengalami luka berat dan sementara dirawat di Rumah Sakit Wotu, Lutim.

Menindaklanjuti hal tersebut, Kepala Cabang PT Jasa Raharja Sulsel Dr Ir Hj Sulistianingtias bersama dua staf, Kabag operasional Nubeir Hibrizy dan Kasubag SW/Humas Budi Hari Prasetio pada Kamis pagi langsung bertolak ke TKP di Desa Trans Luwu Mangkutana sekitar 450 kilometer dari Makassar untuk melihat langsung kondisi korban baik yang meninggal maupun yang tengah dirawat di rumah sakit.

Hal itu dilakukan pihak Jasa Raharja sebagai upaya "jemput bola", agar layanan dan santunan cepat terselesaikan, sehingga korban maupun keluarga yang tertimpa musibah dapat lebih ringan menanggung beban. T Susilo

Pewarta : Oleh Muh Hasanuddin
Editor :
Copyright © ANTARA 2024