Makassar (ANTARA) - Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sulawesi Selatan bersama Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Indonesia Cerdas (YPMIC) menggelar pelatihan Kampanye Narasi Perdamaian yang menghadirkan 35 pemuda dari berbagai agama serta sekolah teologi.
Kepala Kanwil Kemenag Sulsel Muhammad Tonang di Makassar, Kamis mengatakan, pelatihan Kampanye Narasi Perdamaian ini sangat bermanfaat karena para peserta dari berbagai agama akan menjadi pelopor perdamaian.
"Kemenag bertanggang jawab terhadap layanan keagamaan serta pendidikan agama dan keagamaan di negeri ini," ujarnya.
Adapun para peserta berasal dari unsur pemuda Katolik, pemuda Hindu, Buddha, Sekolah Tinggi Filsafat Theologia (STFT) Intim (Protestan), mahasiswa studi agama-agama, pemuda aktivis perdamaian, serta mahasiswa UIN Makassar.
Tonang mengatakan pemerintah melalui Kemenag memiliki peran strategis berkaitan dengan kelangsungan bangsa ini.
“Satu hal yang sangat penting bahwa Indonesia memiliki beragam suku, agama dan ras, bahkan secara fisik juga berbeda, namun keindonesiaan kita yang mengikat kita menjadi satu dalam bingkai NKRI,” katanya.
Ia menyatakan kehadiran para peserta pada pelatihan itu adalah untuk satu tujuan yaitu menciptakan dan merawat perdamaian dan kedamaian.
“Kita sebagai warga Indonesia, dan juga sebagai warga dunia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk melestarikan nilai-nilai kemanusiaan serta melestarikan kerukunan dan merawat toleransi,” terangnya.
Tonang mengulas secara singkat tentang penguatan moderasi beragama yang merupakan salah satu dari tujuh program prioritas Kementerian Agama.
Kegiatan pelatihan yang akan berlangsung hingga 3 Mei 2024 itu juga dihadiri oleh Director of International Affairs YPMIC Muhammad Afdillah dan Ketua Tim FKUB Kanwil Kemeang Sulsel H. Malingkai Ilyas.
Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta dalam mengidentifikasi ujaran kebencian di internet dan media sosial serta cara menghadapinya dengan narasi perdamaian.
Selain itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam mempromosikan situs-situs keagamaan, dan tentunya juga diharapkan untuk memperkuat sikap toleran di kalangan pemuda terhadap pemuda agama dan budaya yang berbeda.
Sejumlah narasumber dihadirkan pada kegiatan itu yakni Muhammad Afdillah, Nur Hidayah, serta Maria Ulfah Ashar selaku Trainer of Peace.
Kepala Kanwil Kemenag Sulsel Muhammad Tonang di Makassar, Kamis mengatakan, pelatihan Kampanye Narasi Perdamaian ini sangat bermanfaat karena para peserta dari berbagai agama akan menjadi pelopor perdamaian.
"Kemenag bertanggang jawab terhadap layanan keagamaan serta pendidikan agama dan keagamaan di negeri ini," ujarnya.
Adapun para peserta berasal dari unsur pemuda Katolik, pemuda Hindu, Buddha, Sekolah Tinggi Filsafat Theologia (STFT) Intim (Protestan), mahasiswa studi agama-agama, pemuda aktivis perdamaian, serta mahasiswa UIN Makassar.
Tonang mengatakan pemerintah melalui Kemenag memiliki peran strategis berkaitan dengan kelangsungan bangsa ini.
“Satu hal yang sangat penting bahwa Indonesia memiliki beragam suku, agama dan ras, bahkan secara fisik juga berbeda, namun keindonesiaan kita yang mengikat kita menjadi satu dalam bingkai NKRI,” katanya.
Ia menyatakan kehadiran para peserta pada pelatihan itu adalah untuk satu tujuan yaitu menciptakan dan merawat perdamaian dan kedamaian.
“Kita sebagai warga Indonesia, dan juga sebagai warga dunia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk melestarikan nilai-nilai kemanusiaan serta melestarikan kerukunan dan merawat toleransi,” terangnya.
Tonang mengulas secara singkat tentang penguatan moderasi beragama yang merupakan salah satu dari tujuh program prioritas Kementerian Agama.
Kegiatan pelatihan yang akan berlangsung hingga 3 Mei 2024 itu juga dihadiri oleh Director of International Affairs YPMIC Muhammad Afdillah dan Ketua Tim FKUB Kanwil Kemeang Sulsel H. Malingkai Ilyas.
Pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta dalam mengidentifikasi ujaran kebencian di internet dan media sosial serta cara menghadapinya dengan narasi perdamaian.
Selain itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta dalam mempromosikan situs-situs keagamaan, dan tentunya juga diharapkan untuk memperkuat sikap toleran di kalangan pemuda terhadap pemuda agama dan budaya yang berbeda.
Sejumlah narasumber dihadirkan pada kegiatan itu yakni Muhammad Afdillah, Nur Hidayah, serta Maria Ulfah Ashar selaku Trainer of Peace.