Jakarta (ANTARA) - Dalam pertandingan final antara petenis No.1 dan No.2 dunia, unggulan teratas Iga Swiatek mengalahkan Aryna Sabalenka 6-2, 6-3 memenangi gelar Italian Open di Roma, Sabtu (18/5) waktu setempat.
Swiatek membutuhkan waktu satu jam 29 menit untuk mengalahkan Sabalenka untuk kedelapan kalinya dalam 11 pertemuannya. Petenis Polandia itu telah berjaya di Roma dalam tiga dari empat tahun terakhir, juga merebut gelar WTA 1000 pada 2021 dan 2022.
"Saya tahu bahwa jika saya mau bekerja keras dan memiliki pola pikir yang benar, maka hal ini bisa dicapai,”"kata Swiatek, seperti disiarkan WTA, Minggu.
"Saya senang saya sangat fokus dan disiplin sepanjang turnamen untuk melakukan itu."
Perjuangan Swiatek meraih gelar tunggal WTA ke-21 dalam kariernya, dan gelar keempatnya tahun ini, menambah sejumlah statistik mencengangkannya.
Swiatek kini telah memenangi sembilan final tunggal terakhirnya. Terakhir kali ia kalah di final adalah dari Sabalenka di Madrid tahun lalu -- yang juga merupakan satu-satunya saat Sabalenka mengalahkan Swiatek dalam lima kali pertemuan mereka di final (semuanya di lapangan tanah liat).
Roma menjadi turnamen ketiga di mana Swiatek menjadi juara tiga kali. Swiatek juga telah meraih tiga gelar di Roland Garros (2020, 2022, dan 2023) dan Doha (2022, 2023, dan 2024).
Swiatek juga mengalahkan Sabalenka di final Madrid Open dua pekan lalu (menyelamatkan tiga poin kejuaraan) dan dia menjadi petenis ketiga yang menjuarai Roma dan Madrid di tahun yang sama. Dinara Safina meraih gelar ganda tersebut pada 2009, dan Serena Williams mengikutinya pada 2013.
"Yang pasti pertandingan ini terlihat sedikit berbeda dibandingkan di Madrid," ujar Swiatek.
"Saya merasa memberikan banyak tekanan. Saya terus melakukan hal itu sepanjang pertandingan. Benar-benar bangga pada diri sendiri dan sangat bahagia."
Swiatek, yang akan berusia 23 tahun pada akhir bulan ini, menjadi petenis putri kedua yang memenangi tiga atau lebih gelar Italian Open sebelum usia 23 tahun di era Open (sejak 1969). Gabriela Sabatini memenangi empat gelar Roma sebelum ulang tahunnya yang ke-22.
Swiatek membutuhkan waktu satu jam 29 menit untuk mengalahkan Sabalenka untuk kedelapan kalinya dalam 11 pertemuannya. Petenis Polandia itu telah berjaya di Roma dalam tiga dari empat tahun terakhir, juga merebut gelar WTA 1000 pada 2021 dan 2022.
"Saya tahu bahwa jika saya mau bekerja keras dan memiliki pola pikir yang benar, maka hal ini bisa dicapai,”"kata Swiatek, seperti disiarkan WTA, Minggu.
"Saya senang saya sangat fokus dan disiplin sepanjang turnamen untuk melakukan itu."
Perjuangan Swiatek meraih gelar tunggal WTA ke-21 dalam kariernya, dan gelar keempatnya tahun ini, menambah sejumlah statistik mencengangkannya.
Swiatek kini telah memenangi sembilan final tunggal terakhirnya. Terakhir kali ia kalah di final adalah dari Sabalenka di Madrid tahun lalu -- yang juga merupakan satu-satunya saat Sabalenka mengalahkan Swiatek dalam lima kali pertemuan mereka di final (semuanya di lapangan tanah liat).
Roma menjadi turnamen ketiga di mana Swiatek menjadi juara tiga kali. Swiatek juga telah meraih tiga gelar di Roland Garros (2020, 2022, dan 2023) dan Doha (2022, 2023, dan 2024).
Swiatek juga mengalahkan Sabalenka di final Madrid Open dua pekan lalu (menyelamatkan tiga poin kejuaraan) dan dia menjadi petenis ketiga yang menjuarai Roma dan Madrid di tahun yang sama. Dinara Safina meraih gelar ganda tersebut pada 2009, dan Serena Williams mengikutinya pada 2013.
"Yang pasti pertandingan ini terlihat sedikit berbeda dibandingkan di Madrid," ujar Swiatek.
"Saya merasa memberikan banyak tekanan. Saya terus melakukan hal itu sepanjang pertandingan. Benar-benar bangga pada diri sendiri dan sangat bahagia."
Swiatek, yang akan berusia 23 tahun pada akhir bulan ini, menjadi petenis putri kedua yang memenangi tiga atau lebih gelar Italian Open sebelum usia 23 tahun di era Open (sejak 1969). Gabriela Sabatini memenangi empat gelar Roma sebelum ulang tahunnya yang ke-22.