Badung (ANTARA) - Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bersama BRIN, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian PPN/Bappenas meluncurkan International Tropical Seaweed Research Center (ITSRC) atau pusat penelitian rumput laut tropis di Kabupaten Badung, Bali, Rabu.
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan ITSRC menandai langkah penting dalam kolaborasi global untuk penelitian, pengembangan, dan integrasi hulu ke hilir industri rumput laut.
“ITSRC ini akan berperan sebagai pusat studi, pusat penelitian ilmiah, transfer teknologi, dan peningkatan kapasitas di industri rumput laut,” kata dia.
Pemerintah sudah melakukan berbagai penelitian dan kegiatan dalam pengembangan rumput laut, beberapa perguruan tinggi dan lembaga juga melakukan kajian mengenai potensi, permasalahan, dan tantangan terkait rumput laut.
Sehingga, ITSRC yang dibentuk ini melibatkan unsur pemerintah, pakar rumput laut global, praktisi dan asosiasi rumput laut nasional, universitas dalam dan luar negeri (India, China, Jepang, Canada, Korea) maupun mitra pembangunan seperti World Bank, FAO, Unido, UN Global Compact, CI, KI, Sea6 Energy.
Dalam peluncuran pusat penelitian tersebut, Menko Marves juga menggelar Seminar on Accelerating the Upstream-Downstream Integration of the Seaweed Industry.
Pemerintah ingin mendorong pengembangan hilirisasi industri rumput laut, seperti peluncuran pilot project budidaya rumput laut skala besar di Teluk Ekas, Lombok Timur.
“Berbagai studi menunjukkan potensi besar untuk produk turunan, termasuk biostimulan, pupuk organik, bahan makanan, bioplastik, dan bahkan dalam jangka panjang potensi biofuel,” ujar Luhut.
Dalam pidatonya, ia menyebut hilirisasi rumput laut ini memiliki potensi besar dari segi ekonomi, dimana ekspor rumput laut Indonesia pada 2033 diproyeksikan mencapai 19 milyar dolar AS.
Selain itu setiap 100 hektare lahan sudah dapat mempekerjakan 150 orang.
Dalam seminar dan peluncuran pusat penelitian tersebut, seluruh pihak yang terlibat merangkum tiga komitmen yaitu meningkatkan pengembangan kapasitas, produktivitas, dan peningkatan industri rumput laut tropis, selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan dan Visi Maritim Indonesia 2045: Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Kedua, memperkuat kolaborasi global untuk pembangunan berkelanjutan industri rumput laut tropis, mempromosikan visi terpadu untuk kesejahteraan manusia, kemakmuran, dan planet bumi; dan ketiga mengembangkan dan melaksanakan rencana konkrit untuk memperkuat pendirian International Tropical Seaweed Research Center.
Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan ITSRC menandai langkah penting dalam kolaborasi global untuk penelitian, pengembangan, dan integrasi hulu ke hilir industri rumput laut.
“ITSRC ini akan berperan sebagai pusat studi, pusat penelitian ilmiah, transfer teknologi, dan peningkatan kapasitas di industri rumput laut,” kata dia.
Pemerintah sudah melakukan berbagai penelitian dan kegiatan dalam pengembangan rumput laut, beberapa perguruan tinggi dan lembaga juga melakukan kajian mengenai potensi, permasalahan, dan tantangan terkait rumput laut.
Sehingga, ITSRC yang dibentuk ini melibatkan unsur pemerintah, pakar rumput laut global, praktisi dan asosiasi rumput laut nasional, universitas dalam dan luar negeri (India, China, Jepang, Canada, Korea) maupun mitra pembangunan seperti World Bank, FAO, Unido, UN Global Compact, CI, KI, Sea6 Energy.
Dalam peluncuran pusat penelitian tersebut, Menko Marves juga menggelar Seminar on Accelerating the Upstream-Downstream Integration of the Seaweed Industry.
Pemerintah ingin mendorong pengembangan hilirisasi industri rumput laut, seperti peluncuran pilot project budidaya rumput laut skala besar di Teluk Ekas, Lombok Timur.
“Berbagai studi menunjukkan potensi besar untuk produk turunan, termasuk biostimulan, pupuk organik, bahan makanan, bioplastik, dan bahkan dalam jangka panjang potensi biofuel,” ujar Luhut.
Dalam pidatonya, ia menyebut hilirisasi rumput laut ini memiliki potensi besar dari segi ekonomi, dimana ekspor rumput laut Indonesia pada 2033 diproyeksikan mencapai 19 milyar dolar AS.
Selain itu setiap 100 hektare lahan sudah dapat mempekerjakan 150 orang.
Dalam seminar dan peluncuran pusat penelitian tersebut, seluruh pihak yang terlibat merangkum tiga komitmen yaitu meningkatkan pengembangan kapasitas, produktivitas, dan peningkatan industri rumput laut tropis, selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan dan Visi Maritim Indonesia 2045: Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Kedua, memperkuat kolaborasi global untuk pembangunan berkelanjutan industri rumput laut tropis, mempromosikan visi terpadu untuk kesejahteraan manusia, kemakmuran, dan planet bumi; dan ketiga mengembangkan dan melaksanakan rencana konkrit untuk memperkuat pendirian International Tropical Seaweed Research Center.