Makassar (ANTARA Sulsel) - Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Perkebunan Sulsel Ardin Tjatjo mengatakan, Sulsel membutuhkan dua unit pabrik kelapa sawit (PKS) untuk mengelola produksi kelapa sawit yang memiliki rata-rata produksi 12 ton per hektare per tahun.

"Saat ini baru ada dua PKS di Sulsel yakni di Luwu yang menampung produksi sawit yang rata-rata mencapai 30 ribu ton per tahun. Padahal idealnya produksi sawit itu dikelola empat unit PKS, sehingga tidak ada buah sawit yang membusuk karena tidak diolah," kata Ardin pada Seminar Sehari bertema "CSR Industri Sawit dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat" di Makassar, Senin.

Menurut dia, produksi sawit Sulsel masih lebih rendah dibanding produksi Malaysia yang sudah mencapai 28 ton per ha per tahun. Kondisi itu, diakui karena persoalan bibit yang masih menjadi kendala di tingkat petani.

Karena itu, lanjut dia, persoalan benih harus dapat dibenahi, agar benih yang ditanam itu merupakan benih yang bersertifikat dan memiliki keunggulan dari segi produksi.

"Persoalan produksi dengan pengelolaan ini adalah dua hal yang harus dibenahi, sehingga produksi kelapa sawit di daerah ini dapat bersaing dengan daerah lainnya, termasuk dengan negara tetangga," katanya.

Mengenai harga sawit, diakui, tidak menjadi masalah yang mendasar karena sudah ada harga patokan di pasar mancanegara. Tinggal meningkatkan produksi dan memperbaiki kualitas produksi.

Dia mengatakan, usaha di sektor perkebunan kelapa sawit ini sangat prospektif, apalagi Indonesia sudah mampu menjadi produsen utama dunia sejak 2010 menggeser negara Jiran, Malaysia.

Berdasarkan data Departemen Perkebunan diketahui, luas lahan sawit yang tersebar di Indonesia mencapai sekitar sembilan juta ha, dari jumlah tersebut sekitar 3,8 juta ha dikelola rakyat.

Khusus di Sulsel, lanjut Ardin, tercatat seluar 30 ribu ha lebih yang terkonsentrasi di Kabupaten Luwu Utara dan Luwu Timur. Untuk pengembangan lahan sawit, sudah ada investor yang juga melirik Kabupaten Takalar dan Pinrang di Sulsel dan Polman di Sulbar.

"Hampir setiap bulan investor sawit masuk ke Sulsel melakukan penjajakan. Namun kendala kita adalah ketersediaan lahan, karena untuk membangun satu unit PKS dibutuhkan lahan sawit sekitar 6.000 ha yang merupakan pengelolaan perkeunan inti plasma," ujarnya.

Pada seminar yang diselenggarakan Perum LKBN Antara Biro Sulsel untuk jurnalis dan mahasiswa itu menghadirkan empat pembicara yakni Prof La Ode  Asru dari Universitas Hasanuddin, Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Asmar Arsjad, Direktur Eksekutif Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) Dr Ir Tungkot Sipayung dan Wartawan senior dari Jawa Pos Group Kurniawan Muhammad. Yuniardi

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024