Makassar (ANTARA) - Perhimpunan Dokter Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) Cabang Makassar meraih anugerah Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) pada pemeriksaan scabies massal gratis.
"MURI mencatat ini sebagai yang terbanyak, dalam perhitungan MURI ini lebih dari 1.007 peserta yang berpartisipasi," ujar Manager MURI Awan Rahargo di Tribun Lapangan Karebosi Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu.
Pihaknya mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan Perdoski sebagai bagian dari rangkaian Kongres Nasional (Konas) XVII serta wujud bakti masyarakat melalui kegiatan sosial kesehatan, yakni pemeriksaan dan pengobatan scabies (kudis) dengan peserta terbanyak.
Kegiatan ini otomatis memecahkan rekor MURI karena baru pertama kali terjadi dalam catatan MURI pemeriksaan scabies dengan peserta terbanyak.
"Diharapkan kegiatan ini dapat memberi dampak positif masyarakat dalam menerima penyuluhan dan imbauan tentang scabies, sebab menurut Prof Khairuddin (dokter) bahwa scabies ini menular," ujarnya.
Awan berharap kegiatan ini dapat mendeteksi dan mengidentifikasi peserta yang mengalami scabies. Harapannya zero scabies. Ia berharap sinergi dengan Pemerintah Kota Makassar dapat mendukung program kesehatan bagi masyarakat, karena ini masuk kriteria superlatif di cacatan MURI.
Selain Perdoski Makassar, pemberian anugerah rekor MURI, kata dia, juga diberikan kepada penyelenggara dan pendukung kegiatan, yakni Departemen Dermatologi, Venereologi dan Estetika Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas) dan DermaXP sebagai sponsorship.
Sementara itu Ketua Panitia kegiatan, Prof Dr Khairuddin Djawad menyampaikan acara ini dalam rangka Konas Perdoski XVII, dengan melakukan pengabdian masyarakat dalam bentuk pemeriksaan scabies dengan peserta dari panti asuhan seluruh Kota Makassar.
"Kami mendatangkan peserta dari panti asuhan. Diharapkan dengan pemeriksaan dan pengobatan scabies ini, scabis terutama di panti asuhan dapat terkendali. Jadi, semua panti asuhan kita datangkan, mereka datang sendiri, kemudian diperiksa di sini," paparnya.
Sedangkan jumlah pendaftar sebanyak 1.100 anak panti, namun yang datang banyak juga dari luar panti asuhan, karena ikut memanggil tetangga sekitar panti. Untuk tenaga dokter dihadirkan sebanyak 90-an orang.
"Kenapa memilih scabies, karena spesies scabies kan menular, bersentuhan saja dengan mereka (penderita) pasti pindah. Kemungkinan untuk pindahnya besar sekali. Tidak pernah scabies hanya menyerang satu orang dalam satu kelompok masyarakat, tapi bisa kena dalam satu rumah," kata dokter spesialis dan Guru Besar Unhas dalam Bidang Tumor Bedah Kulit ini.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Dinas Kesehatan Kota Makassar Andi Mariani menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan Perdoski Cabang Makassar dan pihak pendukung. Kegiatan seperti ini pernah digelar empat tahun lalu.
"Scabies ini penyakit mudah menular. Namun, program pemerintah secara khusus untuk scabies belum ada, sehingga yang ada di puskesmas jika tidak ada gejala lain bisa ditangani di puskesmas. Kalau berat tidak bisa ditangani, dirujuk ke dokter kulit," tuturnya.
"MURI mencatat ini sebagai yang terbanyak, dalam perhitungan MURI ini lebih dari 1.007 peserta yang berpartisipasi," ujar Manager MURI Awan Rahargo di Tribun Lapangan Karebosi Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu.
Pihaknya mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan Perdoski sebagai bagian dari rangkaian Kongres Nasional (Konas) XVII serta wujud bakti masyarakat melalui kegiatan sosial kesehatan, yakni pemeriksaan dan pengobatan scabies (kudis) dengan peserta terbanyak.
Kegiatan ini otomatis memecahkan rekor MURI karena baru pertama kali terjadi dalam catatan MURI pemeriksaan scabies dengan peserta terbanyak.
"Diharapkan kegiatan ini dapat memberi dampak positif masyarakat dalam menerima penyuluhan dan imbauan tentang scabies, sebab menurut Prof Khairuddin (dokter) bahwa scabies ini menular," ujarnya.
Awan berharap kegiatan ini dapat mendeteksi dan mengidentifikasi peserta yang mengalami scabies. Harapannya zero scabies. Ia berharap sinergi dengan Pemerintah Kota Makassar dapat mendukung program kesehatan bagi masyarakat, karena ini masuk kriteria superlatif di cacatan MURI.
Selain Perdoski Makassar, pemberian anugerah rekor MURI, kata dia, juga diberikan kepada penyelenggara dan pendukung kegiatan, yakni Departemen Dermatologi, Venereologi dan Estetika Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas) dan DermaXP sebagai sponsorship.
Sementara itu Ketua Panitia kegiatan, Prof Dr Khairuddin Djawad menyampaikan acara ini dalam rangka Konas Perdoski XVII, dengan melakukan pengabdian masyarakat dalam bentuk pemeriksaan scabies dengan peserta dari panti asuhan seluruh Kota Makassar.
"Kami mendatangkan peserta dari panti asuhan. Diharapkan dengan pemeriksaan dan pengobatan scabies ini, scabis terutama di panti asuhan dapat terkendali. Jadi, semua panti asuhan kita datangkan, mereka datang sendiri, kemudian diperiksa di sini," paparnya.
Sedangkan jumlah pendaftar sebanyak 1.100 anak panti, namun yang datang banyak juga dari luar panti asuhan, karena ikut memanggil tetangga sekitar panti. Untuk tenaga dokter dihadirkan sebanyak 90-an orang.
"Kenapa memilih scabies, karena spesies scabies kan menular, bersentuhan saja dengan mereka (penderita) pasti pindah. Kemungkinan untuk pindahnya besar sekali. Tidak pernah scabies hanya menyerang satu orang dalam satu kelompok masyarakat, tapi bisa kena dalam satu rumah," kata dokter spesialis dan Guru Besar Unhas dalam Bidang Tumor Bedah Kulit ini.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian (P2P) Dinas Kesehatan Kota Makassar Andi Mariani menyambut baik kegiatan yang dilaksanakan Perdoski Cabang Makassar dan pihak pendukung. Kegiatan seperti ini pernah digelar empat tahun lalu.
"Scabies ini penyakit mudah menular. Namun, program pemerintah secara khusus untuk scabies belum ada, sehingga yang ada di puskesmas jika tidak ada gejala lain bisa ditangani di puskesmas. Kalau berat tidak bisa ditangani, dirujuk ke dokter kulit," tuturnya.