Makassar (ANTARA Sulsel) - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas 45 Makassar menyerukan ajakan kepada masyarakat agar mencintai lingkungan dan menjaganya hingga tetap bersih.

"Kami mengajak dan menyerukan agar masyarakat tetap menjaga lingkungan agar alam ini terus terpelihara dengan baik untuk anak cucu kita nanti," ujar Ketua Mapala Universitas 45 Makassar, Muhammad Arifin, di sela-sela aksi memperingati Hari Bumi di bawah jembatan layang Makassar, Selasa.

Menurut dia, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan akan berdampak positif bagi ekosistem udara yang mulai terpengaruh oleh polusi kendaraan yang terus meningkat.

"Maka dari itu kami membagikan bibit pohon yang jumlahnya sekitar 500 pohon kepada pengguna jalan agar mereka bisa menanam meskipun hanya satu pohon yang ditanam di lingkungannya untuk menjaga udara tetap baik dan segar," ulasnya

Selain itu, aksi teatrikal yang dilakukan adalah sebagai simbol bahwa bumi yang semakin tua bila tidak dijaga dengan baik. Hal yang paling mendasar adalah penebangan liar dan perusakan hutan sebagai salah satu dampak dari kerusakan bumi.

"Kita tetap berupaya bagaimana memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Aksi teatrikal ini bertujuan mengajak masyarakat lebih mencintai bumi yang salah satunya dengan menanam pohon," tandasnya.

Dalam aksi itu, mereka membagikan sebanyak 500 bibit tanaman berasal dari Dinas Kehutanan Sulsel seperti pohon mahoni, trembesi dan ketapang kepada pengendara yang melintas diperempatan jembatan layang tersebut.

Pada aksi teatrikal itu, tiga mahasiswa membalur tubuhnya dengan cat berwarna hijau serta mengelindingkan bola replika bumi besar sebagai simbol bumi yang semakin menua.

Dalam aksi memperingati Hari Bumi 22 April 2014, selain membagikan pohon, aksi teatrikal juga dilakukan sebagai bentuk peringatan kepada masyarakat agar tetap menjaga lingkungan dan alam untuk masa depan generasi penerus.

Kondisi hutan di Sulsel semakin kritis. Dalam satu dekade terakhir, luasan hutan terus berkurang dari 2,1 juta hektare menjadi 1 juta hektare. Degradasi lahan itu dipicu alih fungsi dan pembalakan liar.

Sebelumnya, Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sulawesi Selatan Zulkarnaen, menyebutkan saat ini kondisi hutan di Sulsel semakin kritis.

Berdasarkan data selama satu dekade terakhir luasan hutan terus berkurang dari 2,1 juta hektare menjadi 1 juta hektare. Degradasi lahan tersebut dipicu alih fungsi dan pembalakan liar.

Idealnya, kata dia, luas hutan 30 persen dari luas wilayah, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Dengan luas wilayah 64 juta hektare, luas hutan di Sulawesi Selatan harusnya 19,2 juta hektare. Dia berpendapat meski defisit 18,2 juta hektare, pemerintah tidak menempatkan perlindungan hutan sebagai prioritas.

"Ini akibat dari alih fungsi lahan yang berlangsung selama 10 tahun terakhir dengan pembalakan liar, kemudian hutan beralih menjadi tambang dan perkebunan," katanya. Agus Setiawan

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024