Mamuju (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Barat menggelar sosialisasi regulasi teknis keamanan pangan kepada para pelaku usaha dan masyarakat di daerah itu.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulbar Abdul Waris Bestari, di Mamuju, Selasa mengatakan, kegiatan itu bertujuan agar para pelaku usaha dan masyarakat mengetahui dan memahami aturan serta cara pengolahan makanan, pengemasan dan penyimpanan pangan yang aman.
"Khususnya pangan segar asal tumbuhan agar aman dikonsumsi dan tidak menimbulkan risiko penyakit dan gangguan kesehatan bagi tubuh," kata Waris Bestari.
Sosialisasi regulasi teknis keamanan pangan tersebut diikuti 50 peserta yang terdiri, 20 orang utusan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten se-Sulbar dan 30 peserta dari pelaku usaha.
Para pelaku usaha dan masyarakat yang diundang adalah mereka yang bergerak di bidang perdagangan/penjual pangan segar seperti beras dan buah-buahan.
Waris Bestari menyampaikan bahwa perlunya peningkatan pengawasan terhadap pangan yang beredar di pasaran agar masyarakat dapat terhindar dari kondisi kesakitan dan penyakit akibat mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dan aman.
Apalagi saat ini lanjut Waris Bestari, sebagian bahan pangan yang dikonsumsi merupakan hasil perdagangan antarpulau bahkan antarnegara, yang biasanya menggunakan bahan tambahan atau pengawet agar dapat bertahan dan tetap kelihatan segar sampai di tangan konsumen.
"Nah, di sinilah masalahnya karena pemakaian bahan pengawet tersebut kadang berlebihan atau tidak dicuci dengan bersih sehingga kita mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu kesehatan," ujarnya.
Sementara, Kepala Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Nugroho Hamid menyampaikan, temuan peningkatan gangguan kesehatan khususnya gangguan fungsi ginjal pada anak-anak, diduga disebabkan oleh tingginya konsumsi makanan yang mengandung bahan yang berbahaya.
"Peningkatan kasus gangguan fungsi ginjal pada masyarakat, khususnya anak-anak adalah akibat dari mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan pengawet, bahan tambahan makanan dan gula yang berlebihan," kata Nugroho Hamid.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulbar Abdul Waris Bestari, di Mamuju, Selasa mengatakan, kegiatan itu bertujuan agar para pelaku usaha dan masyarakat mengetahui dan memahami aturan serta cara pengolahan makanan, pengemasan dan penyimpanan pangan yang aman.
"Khususnya pangan segar asal tumbuhan agar aman dikonsumsi dan tidak menimbulkan risiko penyakit dan gangguan kesehatan bagi tubuh," kata Waris Bestari.
Sosialisasi regulasi teknis keamanan pangan tersebut diikuti 50 peserta yang terdiri, 20 orang utusan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten se-Sulbar dan 30 peserta dari pelaku usaha.
Para pelaku usaha dan masyarakat yang diundang adalah mereka yang bergerak di bidang perdagangan/penjual pangan segar seperti beras dan buah-buahan.
Waris Bestari menyampaikan bahwa perlunya peningkatan pengawasan terhadap pangan yang beredar di pasaran agar masyarakat dapat terhindar dari kondisi kesakitan dan penyakit akibat mengkonsumsi makanan yang tidak sehat dan aman.
Apalagi saat ini lanjut Waris Bestari, sebagian bahan pangan yang dikonsumsi merupakan hasil perdagangan antarpulau bahkan antarnegara, yang biasanya menggunakan bahan tambahan atau pengawet agar dapat bertahan dan tetap kelihatan segar sampai di tangan konsumen.
"Nah, di sinilah masalahnya karena pemakaian bahan pengawet tersebut kadang berlebihan atau tidak dicuci dengan bersih sehingga kita mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu kesehatan," ujarnya.
Sementara, Kepala Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Nugroho Hamid menyampaikan, temuan peningkatan gangguan kesehatan khususnya gangguan fungsi ginjal pada anak-anak, diduga disebabkan oleh tingginya konsumsi makanan yang mengandung bahan yang berbahaya.
"Peningkatan kasus gangguan fungsi ginjal pada masyarakat, khususnya anak-anak adalah akibat dari mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan pengawet, bahan tambahan makanan dan gula yang berlebihan," kata Nugroho Hamid.