Jakarta (ANTARA) - Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) memandang masih sulitnya menemukan ruang aman bagi perempuan korban kekerasan, terlebih bagi perempuan dengan disabilitas yang menjadi korban kekerasan.
"Saya harus menyampaikan sesungguhnya ruang aman untuk perempuan korban kekerasan itu masih sulit di Indonesia. Walaupun sudah cukup banyak kebijakan-kebijakan kita," kata Anggota Komnas Perempuan Veryanto Sitohang dalam diskusi bertajuk "Safe Space for All: Pencegahan Kekerasan Seksual di Kampus dan Akses Layanan bagi Korban" di Jakarta, Rabu.
Untuk menciptakan ruang aman yang inklusi bagi perempuan disabilitas yang menjadi korban kekerasan, lanjut dia, dibutuhkan SDM dan infrastruktur yang memadai.
"Infrastruktur kita belum cukup memadai, memenuhi kebutuhan korban, misalnya enggak semua pendamping paham bagaimana cara mendampingi perempuan disabilitas yang menjadi korban perkosaan," kata Veryanto SItohang.
Kemudian SDM aparat penegak hukum banyak yang belum memiliki perspektif gender dan memihak korban.
"Ada perempuan tunanetra diperkosa, dia hamil. Dia (korban) sudah bilang ciri-cirinya (pelaku). Itu sudah diketemukan, tapi enggak diproses sampai kemudian polisinya bilang nanti saja deh setelah anaknya lahir kita tes DNA. Tes DNA itu enggak murah loh, siapa yang akan membiayai? Kalau pelakunya enggak mau tes DNA, apa polisi bisa paksa?" kata Veryanto SItohang.
Komnas Perempuan menggelar diskusi di Unika Atma Jaya, Jakarta, Rabu, untuk memantik terciptanya gagasan-gagasan strategis dan memastikan kebijakan pencegahan kekerasan seksual di kampus agar berjalan efektif, meningkatkan kesadaran komunitas kampus akan pentingnya menciptakan lingkungan yang aman, dan membangun sistem layanan yang mendukung korban secara holistik meliputi aspek hukum, kesehatan, dan psikologis.
Diskusi tersebut merupakan bagian dari kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang diprakarsai oleh Komnas Perempuan.
"Diskusi ini merupakan bagian dari kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang menjadi momentum penting dalam upaya bersama menghapuskan kekerasan terhadap perempuan di berbagai ranah termasuk di lingkungan pendidikan," kata Wakil Ketua Komnas Perempuan Mariana Amiruddin menambahkan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Komnas: Masih sulit temukan ruang aman bagi perempuan korban kekerasan