Makassar (ANTARA) - Dempo olahan ikan (ikan asin) di Kabupaten Bone jadi potensi ekonomi warga di wilayah pesisir, karena peminatnya tinggi dan dapat menjadi oleh-oleh.
"Dempo olahan ikan yang menawarkan cita rasa unik menjadi salah satu kuliner yang digemari masyarakat Bone dan kerap dijadikan oleh-oleh atau buah tangan," kata salah seorang pembuat Dempo ikan, Sakka di Bajoe, Kabupaten Bone, Sulsel, Senin.
Menurut dia, Dempo ikan merupakan menu tradisional Kabupaten Bone yang masih dilestarikan dan menjadi potensi ekonomi keluarga warga pesisir. Dempo dijual dengan harga bervariasi tergantung ukurannya dari harga Rp10 ribu per potong hingga Rp20 ribu per potong.
"Ikan yang digunakan biasanya ikan tuna yang diiris dagingnya dan dipisahkan dari tulangnya. Kemudian ditaburi garam dan dijemur setengah kering," kata Pelaku UMKM Dempo Ikan, H Ramli.
Hal itu berbeda dengan ikan kering yang dijemur hingga tidak ada lagi kadar airnya. Namun Dempo bercita rasa asin ini menjadi kunci cita rasa dempo yang digemari.
Dempo menggunakan ikan cakalang atau tuna, jenis ikan ini dinilai sangat pas karena memiliki tekstur yang lembut.
Ikan Cakalang terbilang bagus kalau dibuat dempo, tapi ada juga yang membuat dari ikan pari atau ikan lajang. Dempo banyak yang suka karena bisa tahan lama, bahkan ada yang pesan untuk dijadikan oleh-oleh.
Selain bisa bertahan lama, dempo dengan cita rasanya membuat makan lebih berselera apalagi disandingkan dengan nasi hangat dan sayur bening.
Dempo umumnya dikembangkan warga pesisir, sehingga jika masih ada ikan yang tidak terjual, ikan tersebut dibuat menjadi dempo ikan atau ikan asin/ ikan kering.
Dempo bisa diolah dengan berbagai sajian bisa digoreng, dibakar atau bahkan ditumis dengan bumbu pedas.
Dempo banyak ditemui di pasar-pasar tradisional yang ada di kabupaten Bone, banyak yang menjadikannya sebagai oleh-oleh ketika berkunjung ke Bone, atau menjadi bekal bawaan orang Bone ketika ingin merantau karena dempo bisa bertahan lama.*