Mamuju (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) melakukan pemasangan bioflok sebagai upaya mengembangkan budidaya ikan air tawar di daerah itu.
"Hari ini, kami melakukan pemasangan bioflok di Komplek Perkantoran Gubernur Sulbar," kata Kepala DKP Sulbar Suyuti Marzuki di Mamuju, Senin.
Saat ini, kata Suyuti Marzuki, sudah ada dua prototipe bioflok di Sulbar, salah satunya sudah terpasang di taman kolam Pemprov Sulbar.
Bioflok yang terbuat dari fiber tersebut, lanjutnya, digagas oleh Penjabat Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin untuk mengembangkan budidaya ikan air tawar dengan metode bioflok.
"Ini sebagai langkah awal kita memberi contoh agar ke depan bisa dipraktikkan oleh masyarakat," ujar Suyuti Marzuki.
Menurutnya, melalui penerapan bioflok untuk budidaya ikan tawar itu, masyarakat dapat mengembangkan ikan tawar dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.
Selain itu metode bioflok tersebut, lanjutnya, sederhana dan pemeliharaannya juga mudah.
Bahannya, kata Suyuti Marzuki, terbuat dari fiber yang dipesan melalui perusahaan pipa di Makassar Sulawesi Selatan.
"Ini usulan dan rancangan dari Penjabat Gubernur kemudian dibuat oleh perusahaan fiber di Makassar. Sangat sederhana, murah dan simpel," jelas Suyuti Marzuki.
Sehingga ke depannya tambahnya, warga tidak perlu lagi repot-repot membuat kolam, cukup memesan saja, sehingga memudahkan bagi warga untuk memelihara ikan nila.
Sementara, Penjabat Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin mengatakan budidaya ikan air tawar merupakan salah satu solusi mengatasi terbatasnya lahan untuk menjadi garapan pertanian.
Pemerintah Provinsi Sulbar kata Bahtiar, juga akan membantu menyiapkan satu juta benih ikan tawar melalui APBD Sulbar 2025 untuk dibagikan ke masyarakat.
Selain itu pemerintah, lanjut Bahtiar, juga memberikan kemudahan akses melalui program KUR di sejumlah perbankan, dan masyarakat dapat memanfaatkan KUR jika memerlukan modal untuk mengembangkan budidaya ikan tawar di Sulbar.
"Ini sebagai komitmen pemerintah agar mengalokasikan anggaran yang betul betul dirasakan langsung masyarakat," kata Bahtiar.
Penjabat Gubernur menyampaikan, pihaknya juga menggandeng PT Bomar untuk menerapkan metode bioflok di Sulbar.
"Metode ini masih sangat jarang dipraktekkan sehingga ini sangat cocok untuk dikembangkan di Sulbar dan melibatkan masyarakat," ujar Bahtiar.
Bioflok adalah metode budidaya ikan yang menggunakan gumpalan organisme (flok) untuk meningkatkan kualitas air, mengolah limbah dan mencegah penyakit.
Bioflok terbentuk dari empat unsur, yakni sumber karbon, bahan organik, bakteri pengurai (probiotik) serta oksigen atau aerasi yang kuat.
"Hari ini, kami melakukan pemasangan bioflok di Komplek Perkantoran Gubernur Sulbar," kata Kepala DKP Sulbar Suyuti Marzuki di Mamuju, Senin.
Saat ini, kata Suyuti Marzuki, sudah ada dua prototipe bioflok di Sulbar, salah satunya sudah terpasang di taman kolam Pemprov Sulbar.
Bioflok yang terbuat dari fiber tersebut, lanjutnya, digagas oleh Penjabat Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin untuk mengembangkan budidaya ikan air tawar dengan metode bioflok.
"Ini sebagai langkah awal kita memberi contoh agar ke depan bisa dipraktikkan oleh masyarakat," ujar Suyuti Marzuki.
Menurutnya, melalui penerapan bioflok untuk budidaya ikan tawar itu, masyarakat dapat mengembangkan ikan tawar dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.
Selain itu metode bioflok tersebut, lanjutnya, sederhana dan pemeliharaannya juga mudah.
Bahannya, kata Suyuti Marzuki, terbuat dari fiber yang dipesan melalui perusahaan pipa di Makassar Sulawesi Selatan.
"Ini usulan dan rancangan dari Penjabat Gubernur kemudian dibuat oleh perusahaan fiber di Makassar. Sangat sederhana, murah dan simpel," jelas Suyuti Marzuki.
Sehingga ke depannya tambahnya, warga tidak perlu lagi repot-repot membuat kolam, cukup memesan saja, sehingga memudahkan bagi warga untuk memelihara ikan nila.
Sementara, Penjabat Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin mengatakan budidaya ikan air tawar merupakan salah satu solusi mengatasi terbatasnya lahan untuk menjadi garapan pertanian.
Pemerintah Provinsi Sulbar kata Bahtiar, juga akan membantu menyiapkan satu juta benih ikan tawar melalui APBD Sulbar 2025 untuk dibagikan ke masyarakat.
Selain itu pemerintah, lanjut Bahtiar, juga memberikan kemudahan akses melalui program KUR di sejumlah perbankan, dan masyarakat dapat memanfaatkan KUR jika memerlukan modal untuk mengembangkan budidaya ikan tawar di Sulbar.
"Ini sebagai komitmen pemerintah agar mengalokasikan anggaran yang betul betul dirasakan langsung masyarakat," kata Bahtiar.
Penjabat Gubernur menyampaikan, pihaknya juga menggandeng PT Bomar untuk menerapkan metode bioflok di Sulbar.
"Metode ini masih sangat jarang dipraktekkan sehingga ini sangat cocok untuk dikembangkan di Sulbar dan melibatkan masyarakat," ujar Bahtiar.
Bioflok adalah metode budidaya ikan yang menggunakan gumpalan organisme (flok) untuk meningkatkan kualitas air, mengolah limbah dan mencegah penyakit.
Bioflok terbentuk dari empat unsur, yakni sumber karbon, bahan organik, bakteri pengurai (probiotik) serta oksigen atau aerasi yang kuat.