Jakarta (ANTARA) - Ahli Pertahanan Andi Widjajanto menilai wacana membentuk satuan antariksa yang diusung oleh TNI Angkatan Udara dapat mengarah untuk memperkuat TNI AU atau memperluas tugas dan kewenangan TNI AU.
Andi, yang pernah menjabat sebagai Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI Periode 2022–2023, menjelaskan situasinya saat ini TNI Angkatan Udara telah menggunakan teknologi antariksa untuk mengendalikan alutsista-alutsistanya.
“Secara de facto, sebetulnya TNI Angkatan Udara sudah berkaitan dengan space (antariksa), karena mau tidak mau pergerakan-pergerakan alutsista kita di semua matra harus mengandalkan satelit, ya pada akhirnya penguasaan space harus menjadi salah satu yang terintegrasi dengan angkatan kita,” kata Andi Widjajanto, penasihat senior Laboratorium Indonesia 2045 (Lab 45) saat ditemui selepas dia berbicara dalam acara diskusi di Pusat Kebudayaan Amerika Serikat, Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan sejauh ini beberapa negara membentuk angkatan atau matra tersendiri untuk antariksa (space force). Namun untuk situasi di Indonesia, arahnya kemungkinan untuk memperluas atau memperkuat TNI Angkatan Udara.
Beberapa negara yang saat ini telah membentuk matra tersendiri untuk antariksa, yaitu Amerika Serikat pada 2019 dan China pada 2024. Di China, matra keempatnya itu mencakup antariksa (aerospace force), siber (cyberspace force), informasi (information support force), dan logistik (logistics support force).
Sementara di AS, matra antariksanya merupakan peningkatan dari komando gabungan (air force space command).
Di negara-negara lain, misalnya Perancis, Kolombia, Iran, Rusia, dan Spanyol, mereka memperluas kekuatan matra udaranya untuk mencakup wilayah antariksa.
Wacana membentuk satuan antariksa itu diungkap Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI M. Tonny Harjono dalam amanatnya yang dibacakan saat seminar terkait satuan antariksa di Yogyakarta, Kamis.
Dalam amanatnya itu, Marsekal Tonny menyebut antariksa adalah masa depan pertahanan Indonesia.
“Penguasaan ruang angkasa akan menjadi kunci kedaulatan nasional pada era modern ini," kata KSAU.
Oleh karena itu, dia menyebut berbagai persiapan untuk membentuk satuan antariksa perlu dimulai, termasuk di antaranya terkait penguasaan teknologi, peningkatan kompetensi dan kemampuan prajurit, serta investasi terhadap teknologi dan alutsista terkait keantariksaan.
Oleh karena itu, Tonny menyebut TNI AU terbuka untuk belajar dan berkolaborasi dengan negara lain demi mematangkan konsep satuan ruang angkasa yang akan dibangun.
"Kita juga harus belajar dari pengalaman negara yang lain yang telah lebih dulu membentuk satuan antariksa seperti Amerika, Australia dan Prancis untuk memahami insight, best practice untuk implementasi lebih lanjut di Indonesia," kata KSAU.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Andi Widjajanto nilai wacana satuan antariksa dapat perkuat TNI AU
Andi, yang pernah menjabat sebagai Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI Periode 2022–2023, menjelaskan situasinya saat ini TNI Angkatan Udara telah menggunakan teknologi antariksa untuk mengendalikan alutsista-alutsistanya.
“Secara de facto, sebetulnya TNI Angkatan Udara sudah berkaitan dengan space (antariksa), karena mau tidak mau pergerakan-pergerakan alutsista kita di semua matra harus mengandalkan satelit, ya pada akhirnya penguasaan space harus menjadi salah satu yang terintegrasi dengan angkatan kita,” kata Andi Widjajanto, penasihat senior Laboratorium Indonesia 2045 (Lab 45) saat ditemui selepas dia berbicara dalam acara diskusi di Pusat Kebudayaan Amerika Serikat, Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan sejauh ini beberapa negara membentuk angkatan atau matra tersendiri untuk antariksa (space force). Namun untuk situasi di Indonesia, arahnya kemungkinan untuk memperluas atau memperkuat TNI Angkatan Udara.
Beberapa negara yang saat ini telah membentuk matra tersendiri untuk antariksa, yaitu Amerika Serikat pada 2019 dan China pada 2024. Di China, matra keempatnya itu mencakup antariksa (aerospace force), siber (cyberspace force), informasi (information support force), dan logistik (logistics support force).
Sementara di AS, matra antariksanya merupakan peningkatan dari komando gabungan (air force space command).
Di negara-negara lain, misalnya Perancis, Kolombia, Iran, Rusia, dan Spanyol, mereka memperluas kekuatan matra udaranya untuk mencakup wilayah antariksa.
Wacana membentuk satuan antariksa itu diungkap Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI M. Tonny Harjono dalam amanatnya yang dibacakan saat seminar terkait satuan antariksa di Yogyakarta, Kamis.
Dalam amanatnya itu, Marsekal Tonny menyebut antariksa adalah masa depan pertahanan Indonesia.
“Penguasaan ruang angkasa akan menjadi kunci kedaulatan nasional pada era modern ini," kata KSAU.
Oleh karena itu, dia menyebut berbagai persiapan untuk membentuk satuan antariksa perlu dimulai, termasuk di antaranya terkait penguasaan teknologi, peningkatan kompetensi dan kemampuan prajurit, serta investasi terhadap teknologi dan alutsista terkait keantariksaan.
Oleh karena itu, Tonny menyebut TNI AU terbuka untuk belajar dan berkolaborasi dengan negara lain demi mematangkan konsep satuan ruang angkasa yang akan dibangun.
"Kita juga harus belajar dari pengalaman negara yang lain yang telah lebih dulu membentuk satuan antariksa seperti Amerika, Australia dan Prancis untuk memahami insight, best practice untuk implementasi lebih lanjut di Indonesia," kata KSAU.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Andi Widjajanto nilai wacana satuan antariksa dapat perkuat TNI AU