Makassar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan desa wisata, terutama tiga desa yang meraih prestasi di Lomba Desa Wisata Nusantara 2024.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Sulsel Andi Akbar dalam keterangannya di Makassar, Selasa, mengatakan keberhasilan tiga desa dari Provinsi Sulawesi Selatan meraih prestasi di Lomba Desa Wisata Nusantara 2024 menunjukkan potensi besar untuk dikembangkan.
"Ini sesuai arahan Penjabat Gubernur, Prof Zudan Arif Fakrulloh agar menjadi momentum penting untuk memperkuat program pembangunan berbasis pariwisata di seluruh kabupaten di Sulsel," kata
Ketiga desa peraih penghargaan itu masing-masing Desa Mattabulu di Kabupaten Soppeng, Desa Tukamasea (Kabupaten Maros) serta Desa Tompo Bulu di Kabupaten Pangkep.
Ia menjelaskan Pemprov Sulsel akan meningkatkan pendampingan kepada desa-desa lainnya, baik melalui pelatihan sumber daya manusia, peningkatan infrastruktur, hingga penguatan promosi wisata.
Selain itu, program-program inovatif akan terus digalakkan guna mendorong lahirnya desa wisata percontohan baru yang dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lainnya.
Pemprov Sulsel berharap agar prestasi yang diraih pada Lomba Desa Wisata Nusantara 2024 ini dapat menjadi pendorong semangat bagi desa lainnya untuk terus berinovasi dan mengembangkan potensi pariwisata lokal.
Ke depan, kata dia, diharapkan desa di Sulawesi Selatan mampu menciptakan destinasi wisata yang berkualitas, berkelanjutan, dan berdaya saing di tingkat nasional maupun internasional.
Selain itu, pengembangan desa wisata diharapkan dapat menjadi salah satu motor penggerak utama dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi daerah.
“Dengan potensi dan komitmen yang kuat, Provinsi Sulawesi Selatan optimistis mampu terus berkontribusi dalam pengembangan sektor pariwisata nasional yang berbasis desa, dan menjadikan pariwisata sebagai pilar penting dalam pembangunan daerah,” katanya.
Adapun, Desa Mattabulu di Kabupaten Soppeng dikenal unggul dalam pengelolaan wisata budaya dan alam, memadukan keindahan alam dengan warisan budaya yang kaya. Fokus pengelolaannya adalah pada pelestarian budaya dan pengembangan destinasi berbasis masyarakat.
Festival kebudayaan rutin digelar di desa ini, menampilkan kesenian lokal dan melibatkan pemerintah desa serta tokoh masyarakat untuk menjaga warisan budaya sebagai daya tarik utama.
Di sisi lain, keindahan alam pegunungan menawarkan pemandangan menawan dan jalur tracking yang terawat, dikelola oleh pemerintah desa dan kelompok pemuda dengan sistem retribusi untuk pemeliharaan.
Desa ini juga menyimpan daya tarik unik berupa air terjun tersembunyi yang hanya dapat diakses dengan pemandu lokal, menjadikan pengalaman wisata lebih personal.
Sementara Desa Tukamasea di Maros memiliki potensi besar dalam pengelolaan wisata budaya dan ekowisata. Pelestarian budaya lokal yang kuat dan dikelola dengan baik menjadi daya tarik utama, di mana situs bersejarah berfungsi sebagai destinasi wisata edukatif.
Kerja sama antara pemerintah desa dan tetua adat menjaga relevansi situs ini sambil mengadakan festival kebudayaan tahunan yang menampilkan tarian tradisional dan kerajinan tangan.
Ekowisata hutan mangrove di Tukamasea merupakan contoh kolaborasi sukses antara pemerintah desa dan komunitas lokal. Jalur-jalur wisata yang dibangun memungkinkan pengunjung menikmati keindahan hutan bakau dengan berjalan kaki atau perahu kecil, didukung oleh edukasi lingkungan.
Selain itu, seni anyaman dan kerajinan tangan tradisional masyarakat desa menjadi daya tarik unik bagi wisatawan, mendukung pemberdayaan ekonomi lokal melalui penjualan produk-produk tersebut.
Terakhir Desa Tompo Bulu di Pangkep terkenal dengan pesona alamnya, termasuk air terjun dan pegunungan yang menarik wisatawan. Pengelolaan ekowisata di desa ini menggabungkan kearifan lokal dengan pariwisata berkelanjutan, meningkatkan pendapatan asli desa dan keterlibatan masyarakat.
Ekowisata Gunung Bulusaraung, destinasi favorit para pendaki, dikelola bersama Lembaga Masyarakat lingkungan untuk menjaga ekosistem dan menggunakan hasil tiket masuk untuk konservasi serta infrastruktur desa.
Air Terjun Tompo Bulu dikelola oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang menjaga kebersihan dan menyediakan fasilitas dasar bagi pengunjung. Selain keindahan alam, desa ini juga menawarkan pengalaman wisata berbasis adat lokal melalui upacara sebagai penghormatan kepada alam dan leluhur
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Sulsel Andi Akbar dalam keterangannya di Makassar, Selasa, mengatakan keberhasilan tiga desa dari Provinsi Sulawesi Selatan meraih prestasi di Lomba Desa Wisata Nusantara 2024 menunjukkan potensi besar untuk dikembangkan.
"Ini sesuai arahan Penjabat Gubernur, Prof Zudan Arif Fakrulloh agar menjadi momentum penting untuk memperkuat program pembangunan berbasis pariwisata di seluruh kabupaten di Sulsel," kata
Ketiga desa peraih penghargaan itu masing-masing Desa Mattabulu di Kabupaten Soppeng, Desa Tukamasea (Kabupaten Maros) serta Desa Tompo Bulu di Kabupaten Pangkep.
Ia menjelaskan Pemprov Sulsel akan meningkatkan pendampingan kepada desa-desa lainnya, baik melalui pelatihan sumber daya manusia, peningkatan infrastruktur, hingga penguatan promosi wisata.
Selain itu, program-program inovatif akan terus digalakkan guna mendorong lahirnya desa wisata percontohan baru yang dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lainnya.
Pemprov Sulsel berharap agar prestasi yang diraih pada Lomba Desa Wisata Nusantara 2024 ini dapat menjadi pendorong semangat bagi desa lainnya untuk terus berinovasi dan mengembangkan potensi pariwisata lokal.
Ke depan, kata dia, diharapkan desa di Sulawesi Selatan mampu menciptakan destinasi wisata yang berkualitas, berkelanjutan, dan berdaya saing di tingkat nasional maupun internasional.
Selain itu, pengembangan desa wisata diharapkan dapat menjadi salah satu motor penggerak utama dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi daerah.
“Dengan potensi dan komitmen yang kuat, Provinsi Sulawesi Selatan optimistis mampu terus berkontribusi dalam pengembangan sektor pariwisata nasional yang berbasis desa, dan menjadikan pariwisata sebagai pilar penting dalam pembangunan daerah,” katanya.
Adapun, Desa Mattabulu di Kabupaten Soppeng dikenal unggul dalam pengelolaan wisata budaya dan alam, memadukan keindahan alam dengan warisan budaya yang kaya. Fokus pengelolaannya adalah pada pelestarian budaya dan pengembangan destinasi berbasis masyarakat.
Festival kebudayaan rutin digelar di desa ini, menampilkan kesenian lokal dan melibatkan pemerintah desa serta tokoh masyarakat untuk menjaga warisan budaya sebagai daya tarik utama.
Di sisi lain, keindahan alam pegunungan menawarkan pemandangan menawan dan jalur tracking yang terawat, dikelola oleh pemerintah desa dan kelompok pemuda dengan sistem retribusi untuk pemeliharaan.
Desa ini juga menyimpan daya tarik unik berupa air terjun tersembunyi yang hanya dapat diakses dengan pemandu lokal, menjadikan pengalaman wisata lebih personal.
Sementara Desa Tukamasea di Maros memiliki potensi besar dalam pengelolaan wisata budaya dan ekowisata. Pelestarian budaya lokal yang kuat dan dikelola dengan baik menjadi daya tarik utama, di mana situs bersejarah berfungsi sebagai destinasi wisata edukatif.
Kerja sama antara pemerintah desa dan tetua adat menjaga relevansi situs ini sambil mengadakan festival kebudayaan tahunan yang menampilkan tarian tradisional dan kerajinan tangan.
Ekowisata hutan mangrove di Tukamasea merupakan contoh kolaborasi sukses antara pemerintah desa dan komunitas lokal. Jalur-jalur wisata yang dibangun memungkinkan pengunjung menikmati keindahan hutan bakau dengan berjalan kaki atau perahu kecil, didukung oleh edukasi lingkungan.
Selain itu, seni anyaman dan kerajinan tangan tradisional masyarakat desa menjadi daya tarik unik bagi wisatawan, mendukung pemberdayaan ekonomi lokal melalui penjualan produk-produk tersebut.
Terakhir Desa Tompo Bulu di Pangkep terkenal dengan pesona alamnya, termasuk air terjun dan pegunungan yang menarik wisatawan. Pengelolaan ekowisata di desa ini menggabungkan kearifan lokal dengan pariwisata berkelanjutan, meningkatkan pendapatan asli desa dan keterlibatan masyarakat.
Ekowisata Gunung Bulusaraung, destinasi favorit para pendaki, dikelola bersama Lembaga Masyarakat lingkungan untuk menjaga ekosistem dan menggunakan hasil tiket masuk untuk konservasi serta infrastruktur desa.
Air Terjun Tompo Bulu dikelola oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang menjaga kebersihan dan menyediakan fasilitas dasar bagi pengunjung. Selain keindahan alam, desa ini juga menawarkan pengalaman wisata berbasis adat lokal melalui upacara sebagai penghormatan kepada alam dan leluhur