Makassar, (Antara Sulsel) - Sejumlah organisasi wartawan di Sulawesi Selatan mengecam oknum ulama Makassar, Ustadz Abdurrahman Qayyum yang diduga melecehkan profesi wartawan, pedagang, penjahit dan pensiuan pegawai.

"Ini salah satu bentuk sesat fikir yang dilakukan oleh seorang ulama dimana seharusnya dia memberikan pencerahan dengan tauziahnya atau syiarnya kepada masyarakat, bukannya menyesatkan fikiran masyarakat," tegas Ketua Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Makassar Gunawan Mashar di Makassar, Rabu.

Ia mengatakan sorotannya kepada media dan wartawan itu dianggapnya sebagai bentuk penyesatan dan tidak pantas diucapkan oleh seorang ulama yang punya reputasi bagus di Sulsel, apalagi ustadz yang dimaksud adalah salah satu dosen di perguruan tinggi negeri.

Ceramah Ramadhan yang disampaikan Ustadz Abdurrahman Qayyum di Kabupaten Enrekang itu semakin menyudutkan profesi jurnalis karena ceramah itu sudah sampai ke daerah-daerah.

"Ini tidak pantas dilakukan oleh ulama seperti beliau dan harusnya beliau memberikan syiar yang menyejukkan bagi masyarakat, bukannya malah menyudutkan profesi-profesi tertentu. Ini sangat berbahaya bagi wartawan yang sedang menjalankan tugas karena penerimaan masyarakat beda-beda," katanya.

Gunawan menyebutkan jika ceramahnya ini bentuk sesat pikir, karena menyamakan semua berita wartawan adalah pesanan oleh orang-orang tertentu untuk menyenangkan pemesannya atau narasumbernya, padahal tidak demikian.

"Berita wartawan netral dan tidak boleh pesanan. Jikalau ia merujuk mengenai adanya media partisan, ia harusnya tidak menggeneralisasi semua wartawan dan medianya," ujarnya.

Menurut dia, penyampaian ustadz Qayyum di depan jamaah, dengan menganjurkan untuk menghindari profesi jurnalis tentunya tidak etis dan tidak elok.

Ceramah itu bersifat menebar kebencian pada profesi tertentu. Imbauan ini bisa berdampak pada keamanan dan kenyamanan wartawan dalam menjalankan profesinya.

Harusnya, kata dia, sebagai ustadz yang didengar oleh jamaahnya, seharusnya menyampaikan hal-hal yang baik dan tidak melemparkan pernyataan yang berbau hasutan.

"Ceramah itu sangat tidak tepat, apalagi usai Pilpres ini, kita butuh bahasa-bahasa pemersatu dari tokoh masyarakat, untuk mengademkan suasana yang lagi `panas` di tiga bulan terakhir ini," ucapnya.

Kecaman serupa juga datang dari organisasi Perhimpunan Jurnalis Independen (PJI) Sulsel yang meminta agar ustadz Abdurrahman Qayyum segera meminta maaf dan mengklarifikasi penyataannya tersebut. 

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor :
Copyright © ANTARA 2024