Mamuju (ANTARA Sulbar) - Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radiaoktif (Bapeten) menyampaikan bahwa pancaran radiasi alam (Personal Radiation Detector) terhadap potensi kandungan uranium di Mamuju, tergolong tinggi.

Hal ini sesuai hasil kajian Bapeten yang dilakukan di Desa Takandeang Kecamatan Tapalang arah selatan dari kota Mamuju, Rabu.

Menurutnya, alat pengukur pancaran radiasi ternyata kandungan radiasi yang dihasilkan mencapai 2,23 pSv/Jam jika dilakukan perbandingan dengan laju radiasi rata-rata dunia (0,08 pSv/Jam) dan Jakarta (0,03 pSv/Jam).

"Ini menunjukkan bahwa laju radiasi gas radon di Mamuju sangatlah tinggi sehingga perlu diadakan studi epidemologi, yakni melakukan studi ditempat lain yang memiliki pola hidup yang sama tetapi memiliki pancaran radiasi yang beda, dari hasil studi tersebut kita bisa memprediksi kandungannya," kata Kepala Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radiaoktif Bapeten, Dr.Yus Rusdian Akhmad.

Terkait hal tersebut kata dia, pihak pemerintah daerah dan Bapeten telah mengadakan kerja sama untuk dilakukan rapat bersama membahas kelanjutan bentuk kerja sama itu.

Setelah dilakukan pertemuan dengan pemerintah kabupaten Mamuju, kata dia, maka telah disepakati untuk melakukan pelatihan, penerangan ke masyarakat dan penyebar luasan bagaimana prototype kerumah warga.

"Hal itu telah diserahkan sepenuhnya ke Pemerintah untuk membahas kelanjutannya. Kami hanya menganalisa terhadap potensi cadangan Uranium ini," tutur Yus.

Yus menambahkan, ada dua jenis pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pancaran radiasi yakni melakukan pengukuran sederhana seperti yang telah dilakukan di Desa Takandeang untuk mengetahui laju pancarannya.

Kemudian, kata dia, melakukan pengukuran rinci dengan memasang alat di rumah-rumah penduduk untuk mengetahui gas radon yang terhirup oleh masyarakat setempat.

"Kami sudah melakukan dibeberapa rumah untuk mendapatkan hasil. Untuk mengetahui seperti apa hasilnya maka kita perlu menunggu satu hingga dua bulan dari sekarang," terang Yus.

Namun demikian, masyarakat sekitar harus tetap produktif, jangan sampai masyarakat salah paham tentang kegiatan ini nantinya.

"Kami hanya berharap agar pemerintah Kabupaten Mamuju memberikan pengarahan kepada masyarakat sekitar karena tidak dipungkiri pemerintahlah yang dekat dengan masyrakatnya,"ucap Yus. Agus Setiawan

Pewarta : Aco Ahmad
Editor :
Copyright © ANTARA 2024