Palu (ANTARA Sulsel) - Wakil menteri Pertanian Rusman Heriawan menegaskan bahwa karantina pertanian memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis sebagai alat pertahanan negara di bidang perlindungan sumber daya hayati.

"Karantina pertanian merupakan benteng terdepan dalam sistem perlindungan sumber daya hayati di Tanah Air," katanya dalam sambutan pada peresmian Gedung Kantor Balai Karantina Pertanian Kelas II Palu, Jumat.

Badan karantina, katanya, berperan penting untuk mencegah masuknya bibit-bibit penyakit serta virus dari luar negeri atau dari daerah satu ke daerah lain agar tidak menyebar di dalam negeri dan menyerang hewan dan tumbuhan.

Karena itu, katanya, karantina harus memiliki sistem pelayanan dan pengawasan yang tangguh dan kuat.

"Bayangkan kalau sampai sebuah virus atau penyakit tanaman atau hewan yang berbahaya lolos masuk ke Indonesia. Kita akan mengalami kerusakan sumber daya hayati dan menimbulkan kerugian yang besar secara ekonomi maupun nonekonomi," ujarnya.

Ia memberi contoh, Brazil yang merupakan penghasil karet cukup besar pada tahun 1960-an, kini tidak memiliki kebun karet sedikit pun karena masuknya virus karet dan endemis selama lebih 20 tahun.

"Hal seperti ini jangan sampai terjadi di Indonesia. Kalau karantina lengah, kita bisa menderita seperti Brazil," ucapnya.

Ia juga mengingatkan jajaran Karantina untuk mewaspadai penyebaran ebola karena virus mematikan bagi manusia ini disebarluaska oleh binatang yakni kelelawar dan monyet kecil (primata).

Karantina dengan sertifikat yang diterbitkannya, tutur Rusman Heriawan, juga berperan dalam menjaga harkat dan martabat bangsa dalam perdagangan global.

"Jangan sampai Indonesia dipermalukan. Karantina mengeluarkan sertifikat untuk sebuah komoditas yang diekspor, namun di negara tujuan ditolak karena seolah-olah karantina kita lemah," tegasnya.

Ia berharap dengan adanya gedung baru, Balai Karantina Palu harus meningkatkan pelayanan dan pengawasan untuk melindungi aset-aset ekonomi dan bisnis di bidang agro (tumbuhan dan hewan) yang sangat besar demi kesejahteraan masyarakat dan akselerasi pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional.

Kepala Balai Karantina Pertanian Palu Junaedi mengemukakan bahwa kesadaran karantina masyarakat Sulteng semakin tinggi yang dibarengi dengan pelayanan yang cepat, sederhana dan murah serta pengawasan yang ketat dari Karantina.

Hal itu ditunjukkan oleh meningkatnya secara signifikan volume komoditi perdagangan antarpulau dan ekspor yang bersertifikat Karantina.

Ia memberi contoh, volume perdagangan antarpulau pertanian dari Sulteng ke berbagai daerah di Indonesia yang melewati karantina meningkat rata-rata 150 persen pertahun yakni dari 59.655 ton pada 2011 menjadi hampir 135.000 ton pada 2013.

Sedangkan bibit kakao yang masuk Sulteng naik dari 9.500 ton menjadi 2 juta ton, sementara perdagangan antarpulau ternak (sapi dan kambing) naik dari 16.600 ekor (574 kali pengiriman) menjadi 28.500 ekor (1.170 kali pengiriman).

Di bidang ekspor kakao, Junaidi mengaku terjadi penurunan dari 47.750 ton pda 2011 menjadi 17.521 ton pada 2013. Ini karena kondisi pasar kakao yang mengalami fluktuasi.

"Khusus di bidang pelayanan, kami sudah menerapkan ISO dan telah masuk dalam Zona Hijau Standar Pelayanan Publik," papar Junaidi bangga dan disambut tepuk tangan hadirin.

Gedung Kantor BKP Palu yang berlantai dua itu dibangun dengan dana APBN Kementerian Pertanian tahun 2012 dan 2013 sebesar Rp4,3 miliar. Chandra HN


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024