Mamuju (ANTARA Sulsel) - Akademisi di Provinsi Sulawesi Barat mengatakan wawasan kebangsaan mesti disosialisasikan terus menerus secara masif kepada masyarakat karena wawasan kebangsaan yang kurang dapat mengakibatkan konflik di masyarakat.

"Pengetahuan masyarakat tentang wawasan kebangsaan yang kurang dapat mengakibatkan konflik dimasyarakat seperti konflik politik, sara, etnis, dan lainnya, sehingga wawasan kebangsaan mesti terus menerus disosialisasikan pemerintah kepada masyarakat, secara massif," kata Wakil Dekan Fakultas Teknik Universitas Tomakaka, Damsir Siri ST di Mamuju, Senin.

Ia mengatakan itu pada acara seminar merevatilasasi semangat kebangsaan sebagai upaya mencegah potensi konfilk sosial yang digelar LSM Gerakan Pemuda Anti Korupsi Sulbar.

Acara dihadiri ratusan orang dari berbagai organisasi pemuda dan mahasiswa di Kota Mamuju, unsur pers dan lembaga swadaya masyarakat.

Damsir mengatakan wawasan kebangsaan tentang nilai nilai yang terkandung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 sangat minim ditengah masyarakat, sehingga pemahaman dan pengetahuan mereka harus dibangun kembali.

"Tugas pemerintah dan seluruh elemen dibangsa ini harus terus mensosialisasikan wawasan kebangsaan dengan begitu konflik dimasyarakat akan dapat diminimalisir kedepannya, sehingga bangsa ini fokus membangun dirinya, karena rasa kecintaan masyarakat terhadap bangsa," katanya.

Menurut dia, selain minimnya wawasan kebangsaan, kemiskinan yang mendera bangsa ini, juga menjadi penyebab timbulnya konflik dimasyarakat.

"Kemiskinan membuat bangsa ini meraih segala macam cara mencapai tujuan meskipun dengan berkonflik asalkan dapat untung, ini juga yang mesti dipecahkan pemerintah bagaimana mendorong bangsa ini semakin sejahtera," katanya.

Menurut dia, negara ini memiliki sumber daya alam melimpah, namun tak terkelola maksimal sehingga bangsa ini masih miskin dan masyarakatnya masih banyak belum sejaktera.

"China membeli batubara yang dijual bangsa ini, dan setelah itu China mengolahnya karena mereka pintar, kemudian dijadikan bahan jadi yang dijual kembali ke negara ini harga mahal itu tentu tidak menguntungkan bangsa ini, sehingga itu semua harus dirubah agar bangsa ini maju dan berkembang," katanya.  Agus Setiawan

Pewarta : M Faisal Hanapi
Editor :
Copyright © ANTARA 2024