Palu (ANTARA Sulsel) - Harga cabai di Palu, Sulawesi Tengah, beberapa hari ini melonjak tajam dari Rp30 ribu/kg menjadi Rp40 ribu/kg.

Sejumlah ibu rumah tangga di Palu, Minggu, mengeluh atas naiknya harga cabai di pasaran yang disebabkan produksi petani menurun menyusul kemarau panjang melanda seluruh wilayah Sulteng selama tiga bulan ini.

"Selain produksi petani turun, juga banyak pedagang Palu yang mengirim cabai keluar daerah," kata Murni, seorang ibu rumah tangga.

Ia mengatakan para pedagang menjual cabai ke Kaltim, Gorontalo, Manado, bahkan ada ke Jakarta.

Harga cabai di daerah-daerah tersebut cukup mahal sehingga mendorong para pedagang di Palu membeli hasil produksi petani lalu menjualnya keluar.

Akibatnya, suplai cabai ke pasar-pasar tradisional dan moderen di Kota Palu, Ibu Kota Provinsi Sulteng berkurang, sementara permintaan masyarakat meningkat.

"Ini juga penyebab naiknya harga cabai di pasaran karena banyak pengiriman keluar daerah," kata Murni.

Hal senada disampaikan Gilang, seorang pedagang di bilangan jalan Kancil, Kelurahan Tatura Selatan. Ia membenarkan harga cabai mengalami kenaikan cukup signifikan dibanding sejumlah kebutuhan lainnya.

"Pedagang tentu menyesuaikan harga agar tidak merugi," katanya.

Ia mengatakan harga cabai di tingkat petani dibeli pedagang Rp39 ribu/kg. Pedagang kemudian menjualnya ke pasar hanya selisih Rp1.000/kg.

Menurut dia, kemungkinan besar, harga cabai masih akan naik lagi karena stok kurang, sedangkan permintaan masyarakat meningkat.

Apalagi menghadapi Natal dan Tahun Baru, biasanya permintaan masyarakat terhadap berbagai kebutuhan, termasuk cabai dan bawang merah dan bawang putih meningkat.

Harga bawang merah juga sudah naik dari Rp17 ribu, kini menjadi Rp22 ribu/kg.

Khusus bawang merah dan cabai yang dijual di pasar-pasar tradisional dan moderen di Kota Palu berasal dari Kabupaten Poso dan Sigi.

Dua Kabupaten di Sulteng itu merupakan sentra produksi cabai dan bawang merah. Sementara musim panen kali ini, banyak petani gagal panen karena dampak kemarau berkepanjangan. R. Malaha

Pewarta : Anas Masa
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024