Ternate (ANTARA Sulsel) - Erupsi gunung api Gamalama di Kota Ternate, Maluku Utara (Malut), memberikan dampak terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Ternate, antara lain pada retribusi parkir bandara.

"Semenjak ditutupnya bandara Sultan Babullah Ternate, retribusi parkir di bandara tidak lagi berjalan bahkan terhenti dan ini sangat mempengaruhi pendapatan PAD," kata Sekretaris Daerah Kota Ternate, M Tauhid Soleman di Ternate, Minggu.

Ia mengatakan, sebagai kota yang mengandalkan PAD dari sektor jasa dan perdagangan, saat ini pihaknya sangat merasakan dampak akibat dari meletusnya gunung api Gamalama akibat berkurangnya kunjungan khususnya ke Ternate dan daerah lainnya di Malut.

Salah satu dampak langsung yakni berkurangnya pendapatan dari retribusi bandara.

Selain itu, Ternate sebagai pintu masuk Malut, juga merasakan berkurangnya pendapatan dari sektor pajak restoran, dan hotel.

Meski turunnya debu vulkanik dari erupsi Gamalama, ikut memengaruhi geliat ekonomi di Ternate, namun PAD Kota Ternate tahun 2014 jumlahnya sudah hampit mencapai target.

Sebelumnya, PAD Kota Ternate tahun 2014 dipastikan melebihi target yang ditetapkan sebesar Rp25,2 juta dan hal itu dapat dilihat dari capaian PAD hingga saat ini sudah 99,51 persen atau Rp51.989.109.092.

"Artinya kita masih butuh Rp 200 juta lebih untuk mencapai target PAD, dan itu dipastikan akan lebih," katanya.

Sementara itu, Kadispenda Kota Ternate, Ahmad Yani ketika dihubungi mengatakan, dari realisasi tersebut Pajak Daerah memberi kontribusi hampir 60 persen sedangkan retribusi 28 persen dan sisanya bersumber dari HPK dan lain lain PAD yang sah sekitar 15 persen.

Dia mengatakan, untuk penerimaan pajak terbesar yaitu bersumber dari Pajak Penerangan Jalan (PPJ) sedangkan untuk retribusi terbesar yaitu retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Retribusi Pasar, Retribusi Izin Gangguan dan Rumah Potong Hewan, yang realisasinya sudah mendekati 100 persen.

"Dengan angka ini kita optimis PAD Kota Ternate untuk tahun 2014 mencapai target bahkan melebihi target yang ada, karena sebenarnya ada beberapa komponen retribusi yang kita harapkan bisa jadi pundi-pundi PAD, tetapi ada kendala teknis sehingga pemungutan di lapangan tidak berjalan optimal," katanya. F. Assegaf

Pewarta : Abdul Fatah
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024