Makassar (ANTARA Sulsel) - PT Telekomunikasi Indonesia melalui Divisi Digital Business (DDB) mengadakan program akselerasi start up untuk menjaring start up lokal dan mengkompetisikannya pada Indigo Apprentice Awards 2015 yang diproyeksikan akan memimpin bisnis digital di masa depan.

"Semua orang mengenal Google dan itu awalnya berawal dari start up yang sampai sekarang ini telah menjadi perusahaan besar dengan profit income besar," ujar Chief of Telkom DDB Accelerator, Achmad Sugiarto di Makassar, Jumat.

Perusahaan rintisan atau pengembang di bidang industri kreatif (start up) digital memang tumbuh dengan pesat di Indonesia. Sayangnya, banyak yang tidak bertahan lama, bahkan sampai jatuh ke tangan investor asing.

Achmad Sugiarto mengungkapkan, beberapa hal yang menjadi tantangan start up adalah kurangnya kemampuan teknis, pendanaan, ketidaktepatan target sasaran, hingga masalah jaringan.

Untuk itu, kata dia, dibutuhkan inovasi untuk membentuk akselerasi agar start up asli Indonesia bisa menjadi bagian dari aplikasi yang berkibar di negeri sendiri tanpa harus didominasi oleh start up dari luar negeri.

"Telkom saat ini memiliki DDB Accelerator yang mengemas program bagi start up, mulai dari perencanaan hingga program aksi. Akselerasi ini lebih komprehensif ketimbang inkubasi yang harus melalui serangkaian proses yang ketat dan panjang," katanya.

Dia mengatakan, start up sudah bisa mendaftarkan produk-produknya dengan beberapa kriteria persyaratan tertentu. Adapun kriterianya adalah start up lokal atau afiliasi internasional dan bergerak di bidang berbasis digital (ICT).

Selain itu harus memiliki user aktif atau pengunjung serta memiliki model bisnis. Tidak hanya itu, start up juga harus masuk ke segmen yang telah dikelompokkan oleh Telkom Indonesia. Segmentasinya sendiri ialah home service, personal service, industrial service, community service dan digital apps.

"Proses yang harus dilalui oleh para start up cukup jelas. Persaingannya yang sangat kompetitif ini harus menelurkan start up terbaik, sehingga tahapan yang dilakukan juga cukup ketat," ungkapnya.

Disebutkannya, start up bisa mengunggah karya sendiri melalui situs apprentice.ddbaccelerator.com. Pada situs itu, start up bisa mengisi form lengkap berupa gambar, deskripsi produk, informasi situs hingga video deskripsi start up mereka.

Hal ini berguna sebagai informasi yang ditampilkan untuk selanjutnya dapat dinilai oleh para pendukung (voters). Setelah itu masuk ke sistem voting yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu secara online dan offline. Durasi voting berlaku 27 Januari-April 2015.

Keuntungan yang didapatkan pemenang terbagi dua, hadiah total Rp85 juta dan program akselerasi funding senilai Rp2 miliar. Pemenang pertama berhak mendapat Rp50 juta, kedua Rp25 juta dan ketiga Rp10 juta.

Achmad menjelaskan, cara mengikuti kompetisi yakni dengan registrasi langsung dengan menggunakan akun facebook (ddbaccelerator) dan twitter (@ddbaccelerator). Selanjutnya, mengunggah video atau gambar yang akan dilombakan beserta deskripsi profil produknya.

Untuk start up yang dilombakan berlaku umum seperti, anti virus, karaoke, content edukasi, energy management saving, enterprose information exchange, game, kuliner, fashion, sertifikasi online serta virtual classroom.

Tujuan dari akselerasi ini adalah terbukanya peluang bagi aplikasi untuk menjadi produk Telkom. Bahkan, tidak menutup kemungkinan Telkom akan mengambil bagian dari kepemilikan saham. Agus Setiawan

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024