Makassar (ANTARA Sulsel) - Forum Santri Pambusuang dan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat dengan tegas menolak paham anti Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Kami menolak pemikiran HTI, dan mengajak masyarakat untuk berpikir jernih. Turut serta berjuang atas nama agama, negara, dan kemanusiaan," tegas kader Ansor Polewali Mandar Busyra dalam surat elektroniknya yang diterima di Makassar, Minggu.

Busyra mengemukakan itu menanggapi acara temu ulama dan tokoh umat Islam yang dihelat Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Lapeo, Campalagian.

Busyra yang merupakan salah satu santri Campalagian itu mengatakan, dasar negara Indonesia yang tertuang dalam Empat Pilar Kebangsaan sejak dulu hingga saat ini adalah yang terbaik.

Dia menegaskan menolak gagasan yang sering dikampanyekan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yakni menerapkan sistem negara dengan dasar khilafah.

"Para pendahulu bangsa kita berjuang mati-matian untuk menyatukan bangsa ini karena kita bukan negara dengan satu agama atau suku saja. Makanya, konsep Bhinneka Tunggal Ika adalah jawaban dari itu semua," katanya.

Menurut Busyra, perbaikan tatanan masyarakat, bisa dilakukan tanpa harus mendirikan sistem khilafah seperti yang dikampanyekan oleh HTI.

"Kami mengkhawatirkan agenda-agenda ormas yang mengabaikan unsur negara dan pemerintah," jelasnya.

Hal serupa juga diungkapkan santri Pambusuang, Mustakim, yang mengingatkan masyarakat dan ormas Islam untuk senantiasa bersama-sama meneladani perjuangan para ulama terdahulu yang berperan serta mendirikan NKRI.

"Jangan mengganti dasar negara, kita telah punya Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila. NKRI harga mati," kata Mustakim.

Dia pun mengaskan jika santri yang berdomisili di Campalagian dan Pambusuang tidak akan mendukung bentuk negara khilafah.

"Silakan berwacana soal negara khilafah, tapi kami tak akan mendukung dan tetap berdiri menjaga NKRi," jelas penggiat sejarah Islam Nusantara ini.

Selain penolakan dari Forum Santri, agenda HTI yang dilangsungkan di Lapeo, Campalagian, Kabupaten Polman, juga ditolak oleh generasi muda keluarga Imam Lapeo.

"Di keluarga Imam Lapeo ditanamkan untuk mencintai agama dan negara sekaligus dalam satu tarikan nafas. Jika ada ormas Islam yang tidak bernafaskan mencintai agama dan negara, tentu kami menolak," tandas Ahmad Arfah.
Sigit Pinardi

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor :
Copyright © ANTARA 2024