Makassar (ANTARA Sulsel) - Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan pada kuartal pertama 2015 menunjukkan penurunan yang signifikan sebagai dampak perlambatan ekonomi global, namun sejumlah strategi telah disiapkan Pemerintah setempat untuk menghentikan penurunan tersebut.

"Kondisi perekonomian kini tengah melambat, karena itu dibutuhkan program-program inovatif dari pemerintah untuk memberi stimulus bagi dunia usaha," kata Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo menanggapi hal tersebut.

Data yang dilansir Badan Pusat Statistik Sulsel menunjukkan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada kuartal pertama 2015 mencapai 5,23 persen, turun signifikan dibandingkan periode yang sama 2014 yang mencapai 8,4 persen.

Menurut Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sulawesi Selatan Latunreng, pertumbuhan ekonomi Sulsel yang melambat dipengaruhi oleh perlambatan kondisi ekonomi makro.

"Ekonomi makro dunia secara umum memang melambat, daya beli masyarakat di negara tujuan ekspor Sulsel seperti Malaysia dan Singapura juga mengalami penurunan. Penurunan daya beli mereka tentunya berdampak terhadap perekonomian Sulsel," kata Latunreng.

Menyikapi hal ini, sejumlah strategi telah dipersiapkan oleh Pemprov Sulsel, di antaranya adalah memacu ekspor berbagai komoditas dengan target peningkatan nilai ekspor hingga tiga kali lipat pada 2018.

Sulsel juga akan menggenjot realisasi belanja pemerintah dan hingga meminta pihak perbankan menyalurkan kredit di atas 20 persen kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Pacu Ekspor

Di tengah situasi perlambatan ekonomi global, Sulsel justru mencanangkan peningkatan ekspor hingga tiga kali lipat. Salah satu strategi untuk mencapai hal tersebut adalah dengan mengidentifikasi komoditas ekspor potensial baru dan membuka pasar baru.

Dengan strategi tersebut, Pemprov Sulsel menargetkan kenaikan nilai ekspor hingga Rp61,88 triliun pada 2018 mendatang, naik tiga kali lipat dibandingkan nilai ekspor Sulsel saat ini pada kisaran Rp20 triliun.

Menurut Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu`mang, minimal akan terdapat 22 komoditas dari 24 kabupaten/kota se-Sulsel yang akan diekspor ke 22 negara.

"Beberapa komoditas baru yang akan diekspor di antaranya vanili, marmer, getah pinus, belut, dan ikan lele," kata Agus.

Pihaknya, kata dia, juga menargetkan negara-negara baru sebagai sasaran pemasaran komoditi ekpor Sulsel, seperti India, Afrika, Amerika Latin, dan wilayah Timur Tengah.

Upaya pemprov ini ditanggapi positif oleh Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sulsel Latunreng.

Menurut Latunreng saat ini kondisi perekonomian global memang mengalami perlambatan, dan turut mempengaruhi daya beli masyarakat di daerah tujuan ekspor Sulsel. Meski demikian, selalu terbuka peluang ekspor sepanjang kita mampu membaca peluang pasar yang terbuka, ujarnya.

"Di satu negara bisa jadi ada penurunan permintaan tetapi di negara lain untuk komoditi yang sama permintaan justru meningkat. Peluang-peluang seperti ini yang harus jeli dibaca," kata Latunreng.

Gubernur Sulsel bahkan telah meminta kesediaan Presiden Jokowi untuk hadir dan melepas ekspor perdana pada saat pencanangan peningkatan ekspor tiga kali lipat yang direncanakan berlangsung pada 3 Agustus 2015.

Untuk mendukung upaya ekspor ini, pemprov juga berencana memberikan insentif khusus misalnya membebaskan biaya retribusi pada hari pencanangan yang akan dipusatkan di Pelabuhan Soekarno Hatta, Makassar.

Berbagai salah satu pemangku kepentingan juga telah menyatakan kesiapannya untuk mendukung program ini, adalah Kadin Sulsel, Pelindo IV, Bea Cukai, Kesyahbandaran, Otoritas Pelabuhan, BUMN, dan perwakilan dari asosiasi-asosiasi eksportir.

Proyek Pemerintah

Rendahnya penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di Sulsel juga ditengarai sebagai salah satu faktor yang berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel.

Menurut Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Provinsi Sulawesi Selatan Alfiker Siringoringo, hingga Juni 2015, penyerapan belanja baru mencapai 20,37 persen, atau senilai Rp5,5 triliun dari total Rp22,5 triliun

Rendahnya realisasi penyerapan APBN ini, kata dia, mempengaruhi pertumbuhan ekonomi mengingat belanja negara merupakan salah satu faktor yang menggerakkan perputaran roda perekonomian negara.

Menyikapi hal ini, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo berupaya menggenjot sejumlah proyek infrastruktur, di antaranya pembangunan Pelabuhan Makassar New Port, jalur kereta api Makassar-Parepare, dan sejumlah bendungan di wilayah ini.

"Semua proyek yang sudah pasti segera tender, segera lepas. Belanja pemerintah juga harus menopang, para bupati dan wali kota harus segera belanja, tapi tentu saja sesuai dengan aturan," kata gubernur.

Upaya menggenjot realisasi proyek pemerintah ini tampak dari dimulainya tahap pertama pembayaran pembebasan lahan kereta api sepanjang 30 km di Kabupaten Barru dengan mengucurkan anggaran sebesar Rp49 miliar dari APBD Sulsel tahun 2015.

Pemerintah pusat juga akan segera menggelontorkan dana senilai lebih dari Rp1 triliun untuk proyek ini.

Proyek Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo kini juga telah mulai dikerjakan. Dengan dimulainya proyek-proyek tersebut, gubernur optimistis dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Sulsel.

"Peredaran uang pasti akan lebih besar, mulai dari proses pembebasan tanah. penyiapan lahan, dan juga akan membuka banyak lapangan kerja," ujarnya.

Proses pembangunan berbagai proyek infrastruktur tersebut, menurut gubernur, akan mengurangi dampak perlambatan ekonomi global dan nasional bagi perekonomian daerah.

"Dengan demikian, pengaruh tekanan ekonomi global dan nasional di Sulsel dapat kita siasati," ujarnya.

Pewarta : Nurhaya J Panga
Editor :
Copyright © ANTARA 2024