Makassar (ANTARA Sulsel) - Aisyiyah Muhammadiyah sebagai organisasi moderen mendorong gerakan perempuuan agar lebih maju mengingat sejumlah tantangan yang tengah dihadapi saat ini semakin besar.

"Permasalahan klasik saat ini masih dihadapi perempuan Indonesia, adalah kebodohan, kemiskinan, dan juga kepedulian yang belum semuanya purna," kata Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Sulawesi Selatan Nurhayati Azis di Makassar, Kamis.

Menurutnya tantangan Aisyiyah masa sekarang cukup berat. Satu sisi, gelombang modernisme dan sekularisme datang seperti air bah yang hadir atas nama HAM dan kemanusiaan, melabrak semua tatanan adat, moral, apalagi agama.

Selain itu setiap aturan agama dianggap musuh yang harus disingkirkan.

Sementara di sisi lain muncul gelombang kesadaran untuk kembali pada aturan agama syariah pada semua hal yang belum diatur tidak sesuai penafsiran ahli hukum Islam abad pertengahan dianggap haram.

"Saat ini kampanye pelarangan perempuan beraktifitas di luar rumah, termasuk shalat berjamaah di masjid mulai terjadi. Kampanye ini bahkan bersaing dengan permintan pelegalan pernikahan sejenis, aborsi ataupun kumpul kebo," katanya.

Kendati setiap jawaban Aisyiyah pasti tidak akan sama dengan deretan jawaban yang disodorkan perkumpulan perempuan lain, lanjut Nurhayati jawaban yang disediakan tidak akan mengacuhkan agama sebagaimana deretan jawaban disampikan gerakan perempuan sekuler.

Namun pastinya tidak akan memberi jawaban yang tidak membawa unsur pencerahannya dengan sekedar menuruti kemauan para penafsir agama zaman di abad pertengahan.

"Tentu jawabannya cukup sulit untuk dihadirkan, tapi Insya Allah Aisyiyah pasti bisa mewujudkannya. Momentum Muktamar satu abad Aisyiyah di Makassar nanti akan dirumuskan jawaban itu," paparnya melalui keterangan tertulisanya

Ia menyebutkan dengan kehadiran kader Aisyiyah se Indonesia, baik dalam negeri, luar negeri, para akademisi, cendikiawan perempuan muslim, dan beberapa lainnya.

"Kami menyakini melalui muktamar bersejarah ini Aisyiyah akan hadir membawa nafas baru untuk gerakan perempuan Indonesia yang berkemajuan," sebutnya.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor :
Copyright © ANTARA 2024