Makassar (ANTARA Sulsel) - Pengurus Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah bersama Pemerintah Kabupaten Maros dan pemangku kepentingan lainnya menanam bibit padi varietas Inpari Sidenuk yang ramah lingkungan.

Penananam bibit padi di Desa Bonto Jolong, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Jumat itu secara simbolis sebagai rangkaian penyelengaraan Muktamar ke-47 Muhammadiyah yang akan berlangsung di Makassar 3-7 Agustus 2015.

"Padi ramah lingkungan ini dapat dijadikan percontohian dan bisa mengefisiensikan biaya produksi. Bila menanam dengan varietas padi yang baik, tentu akan meningkatkan produksi padinya dan berkualitas," kata Wakil Ketua MPM Muhammadiyah Nurul Yamin sebelum penanaman.

Menurut dia, saat musim tanam dan harga pokok naik, maka harga akan stagnan bahkan cenderung menurun. Bila itu terjadi kesejahteraan petani padi belum maksimal.

Dengan cara penanaman yang ramah lingkungan menggunakan varietas Inpari Sidenuk, lanjutnya, petani dapat mendapatkan kualitas padi yang baik dengan kualitas yang maksimal pula.

Ia menjelaskan padi ramah lingkungan yang ditanam merupakan solusi guna meminimalisir bahan mengandung kimiawi dan padi yang dihasilkan akan lebih baik serta sehat untuk dikonsumsi.

Salah satu konsep tanam ramah lingkungan, kata dia, penggunaan pupuk organik dan proses pertanian terpadu. Sementara lahan yang digunakan untuk penanaman padi ramah lingkungan diperkirakan sekitar 17,5 hektare dengan melibatkan 54 kelompok tani di Maros.

"MPM Muhammadiyah juga telah menyiapkan tim ahli dalam pendampingan petani mulai dari penanaman, perawatan hingga masa panen raya dengan hasil dua kali lipat dari padi biasanya," sebutnya.

Wakil Ketua Bidang Pertanian MPM Muhammadiyah Bambang Suwikyo menambahkan bibit padi Inpari Sidenuk merupakan varietas yang dihasilkan melalui hasil penelitian dari pemuda-pemudi Balai Pertanian Indonesia atau Batan.

Varietas dari Batan ini, lanjutnya, diharapkan mampu membuat produksi padi yang biasanya mencapai 6 ton per hektare, hingga 10-12 ton per hektare bila dilakukan secara serius.

"Kami telah menjalankan program ini di beberapa daerah baik di Sulsel maupun provinsi lain di Indonesia. Bila dilihat hasilnya ada peningkatan signifikan. Kami berharap agar program ini bisa terus jalan untuk peningkatan produksi padi disini," tuturnya.

Bupati Maros Hatta Rahman pada kesempatan itu mengatakan sangat berterima kasih atas kegiatan ini yang bertujuan membantu petani guna meningkatkan produktivitasnya dengan hasil produksi ramah lingkungan.

"Kendalanya pada pupuk yang seharusnya dibebaskan dan tidak diberi subsidi, karena bila musim tanam petani sulit menenemukan pupuk akan langka padahal itu sudah disubsidi pemerintah. Di situ masalahnya. Sebaiknya gabah yang disubsidi dan pupuk dibebaskan," ungkap dia.

Hatta menjelaskan Kabupaten Maros adalah daerah dengan kekayaan alamnya yang melimpah seperti salah satunya gunung kars yang dianggap bisa dijadikan penampungan air atau waduk guna mengairi sawah petani.

Tetapi kendalanya saat musim kemarau petani akan kesulitan air. Untuk itu Hatta berharap pemerintah maupun MPM Muhammadiyah bisa membantu membangun bendungan di atas pegunungan yang mengelingi kawasan Maros guna ketersediaan air persawahan dan masyarakat.

"Kami mengharapkan adanya waduk di atas gunung dengan daya tampung minimal 500 ribu kubik agar bisa menjadikan pengairan bagi pertanian dan tidak lagi mengalami kekeringan meski dalam musim kemarau," katanya.

Calon Bupati petahana ini menyebutkan untuk luas lahan pertanian di Maros mencapai 29 ribu hektar, dan ada 13 ribu lahan tiga kali panen setahun 16 ribu hanya dua kali panen dalam setahun.

"Hasil panen padi dalam satu hektar maksimal bisa mencapai enam ton, bahkanbisa saja menurun hingga 10 ton lebih dengan 10 hektar. Pemerintah pusat sebaiknya menaikkan harga gabah dengan memberikan subsidi bukan pada pupuknya," katanya menyarankan. 

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024