Sorowako, Sulsel (ANTARA Sulsel) - Ajang lomba lari marathon bertajuk "Sorowako Run" di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan yang dilaksanakan 22 Agustus 2015 bukan sekadar ajang meraih prestasi olahraga tetapi banyak dampak bernilai berkah bagi daerah dan masyarakat.

Kehadiran peserta lomba yang mencapai seribuan orang lebih dari berbagai daerah, baik di Tanah Luwu dan sekitarnya, Makassar atau kota lain di Indonesia termasuk para peserta dari luar negeri seperti Kenya, Eropa, ternyata ikut memberikan banyak manfaat bagi masyarakat yang berada di Kabupaten Luwu Timur.

Berbagai manfaat itu bahkan bisa dirasakan langsung bagi masyarakat seperti halnya dalam bidang jasa transportasi, penginapan, dan bisnis kuliner.

Manfaat lain tentu saja sebagai ajang promosi bagi Pemerintah Kabupaten Luwu Timur untuk memperkenalkan segala potensi yang ada di daerah, khususnya pariwisata bagi masyarakat di seluruh Indonesia hingga dunia internasional.

"Sorowako Run 2015 ini memberikan multi efek bagi Lutim mulai dari transportasi lokal, kuliner, pariwisata dan ekonomi kreatif lainnya," kata Bupati Luwu Timur Andi Hatta Marakarma.

Pelaksanaan Sorowako Run juga tentunya memberikan hiburan gratis bagi masyarakat. Sejumlah acara yang masuk dalam rangkaian kegiatan ini juga sekaligus menjadi tontonan menarik bagi seluruh masyarakat, khususnya di Sorowako.

"Kami tentu mendukung dan berharap ajang ini bisa rutin dilaksanakan. Kami juga mengapresiasi anak-anak muda Sorowako serta pihak yang membantu pelaksanaan ajang Sorowako Run 2015," jelasnya.

Ketua Panitia Sorowako Run 2015, Anton Said mengatakan pihaknya sengaja memilih jalur di sekitar Danau Matano untuk memberikan pemandangan indah bagi peserta yang ikut berlomba. Hal ini diharapkan semakin menambah motivasi dan semangat seluruh peserta lomba.

Pemilihan jalur di sekitar Danau Matano, kata dia, juga sebagai upaya pihak penyelenggara dalam mempopulerkan keindahan Danau Matano ke peserta dari Indonesia dan luar negeri.

Kejuaraan yang lahir sejak 1980 dan bernama Soroathon itu mempertandingkan sejumlah kategori yakni 5K (terbuka/tertutup), 10K terbuka/tertutup) dan lari jarak 21K.

Untuk Kategori 5K dan 10K Open dibatasi untuk pelari dari Indonesia saja. Sedangkan kategori tertutup 10K dan 5K diperuntukkan bagi warga di wilayah Luwu Raya yang mencakup Kabupaten Luwu Timur, Luwu, Luwu Utara, Kota Palopo, plus Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara.

Sementara untuk kategori 21K diperuntukkan bagi pelari dari semua negara, termasuk atlet profesional maupun pelari rekreasional.

Sorowako Run berawal pada 1980 dengan nama Soroathon. Lomba lari tersebut digagas oleh masyarakat Sorowako dan didukung penuh oleh perusahaan tambang nikel PT Vale Indonesia Tbk (dahulu PT Inco) dan Pemerintah Daerah Luwu Timur (dahulu masih Kabupaten Luwu).

Kegiatan ini berlangsung rutin setiap tahun selama lebih dari 20 tahun. Saat itu penyelenggaraan Soroathon selalu dikaitkan dengan HUT Republik Indonesia dan mempertandingkan satu kategori lomba saja, yakni jarak 17,845 meter.

Jarak ini mengadaptasi tanggal, bulan, dan tahun HUT RI, yakni 17 Agustus 1945. Pada tahun 1990-an, kategori lomba berubah menjadi 10K (10 kilometer). Sayangnya, ikon olahraga di wilayah yang berjuluk "Kota Nikel" terhenti penyelenggaraannya pada 2003.

Pada 2013, seiring kembali populernya olahraga lari di Indonesia maupun mancanegara, gagasan untuk menghidupkan kembali Soroathon menguat di masyarakat. Gagasan ini terwujud pada 2015 dengan sejumlah modifikasi.

Pertama, nama event Soroathon digantikan dengan Sorowako Run. Kedua, penyelenggaraan Sorowako Run mulai mengadopsi standar terkini penyelenggaraan lomba lari, termasuk dalam penggunaan timing chip sebagai perekaman hasil lomba.

Meski kejuaraan ini telah berganti nama tapi semangat yang melatari Soroathon tetap berlanjut pada penyelenggaraan Sorowako Run seperti semangat kolektif dan gotong royong di antara berbagai elemen masyarakat.

Termasuk komunitas-komunitas hobi, perusahaan dan pemerintah daerah, dalam upaya mengembalikan gelaran olahraga ini menjadi salah satu ikon Sorowako dan Luwu Timur.

Pelari Kenya Dominasi

Para pelari asing asal Kenya tampil mendominasi kelas paling bergengsi 21K lomba marathon "Sorowako Run" di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

Dominasi pelari dari Benua Afrika itu dibuktikan dengan keberhasilan mengisi posisi lima besar pada ajang yang diikuti ribuan peserta itu mmasing-masing atas nama Kollins Kipkorir Komison diurutan pertama dengan catatan 01.07.24.

Selanjutnya pada posisi kedua diraih Charles Kipsang (01.07.25), Samson Karegu Kamau diposisi tiga (01.07.30), Jackson Kibet serta Dennis Isika diposisi empat dan lima.

Adapun atlet Indonesia harus puas berada di posisi enam atau rangking terakhir penerima hadiah melalui Alamsyah dengan catatan waktu 01.33.36.

"Sorowako Run memiliki tantangan tersendiri karena memiliki banyak jalur tanjakan yang membutuhkan stamina lebih. Saya tentu bersyukur bisa tampil maksimal dan meraih juara pertama," kata Kollins Kipkorir.

Ketua Panitia Sorowako Run, Anton Said mengatakan dominasi pelari Kenya karena memang memiliki kualitas dan pengalaman di berbagai lomba.

"Untuk pelari asing di Sorowako Run 2015 ini memang paling banyak diikuti pelari Kenya yakni sembilan atlet," ujarnya.

Sementara untuk kelas 10K yang diperuntukkan bagi pelari di seluruh Indonesia, untuk kategori putri diraih mantan atlet pelatnas SEA Games 2015 asal Sulawesi Selatan Lismawati Illang.

Atlet Sulawesi Selatan yang sudah mengamankan tiket PON 2016 itu keluar sebagai yang terbaik setelah mencatatkan waktu tercepat 00.43.20 detik.

Catatan waktu peraih medali emas di berbagai kejuaraan nasional itu cukup jauh mengungguli pencapaian Harnita yang berada di posisi kedua dengan waktu tercepat 00.49.05 detik. Disusul kemudian Angraeni diperingkat ketiga dengan waktu 00.53.36

Wartawan terabaikan

Tantangan mengikuti ajang "Sorowako Run 2015" bukan hanya dialami ribuan pelari lokal, nasional dan internasional dengan jalur mendaki. Kondisi itu juga dirasakan oleh para wartawan yang diundang meliput secara langsung pelaksanaan lomba lari berhadiah ratusan juta rupiah tersebut dan cenderung wartawan terabaikan dari sentuhan panitia penyelenggara.

Kelompok wartawan peliput, termasuk penulis mulai merasa pengabaian tersebut sejak kedatangan hingga kepulangan, padahal pihak panitia mengundang pers lokal dan nasional untuk mendapatkan liputan terbaik dari sisi penyelenggaraan lomba, prestasi hingga dampak promosi nyang diharapkan.

Tiba di Bandara Sorowako sekitar pukul 14.20 Wita, wartawan langsung disuguhi hal yang kurang mengenakan karena tidak ada penjemputan di Bandara dan ini daerah kabupaten yang fasilitas taksi umum kurang memadai.

Salah satu panitia yang datang ke bandara justru tidak tahu-menahu soal wartawan peliput. Panitia yang diketahui bernama Rano itu justru mengaku tugasnya hanya untuk menjemput Disc Jockey (DJ) dari Jakarta yang akan menghibur saat perlombaan.

Wartawan akhirnya menghubungi pihak Vale sebagai pihak yang mengundang yang kemudian menugaskan seorang pegawai menjemput menggunakan motor layaknya ojek.

Lalu wartawan dibawa ke tempat penginapan yakni rumah khusus karyawan Vale untuk beristirahat. Namun tantangan itu kembali muncul karena di rumah yang ditempati itu ternyata tidak tersedia apapun termasuk air untuk minum.

Layanan minimalis yang cenderung mengabaikan pers berlanjut pada layanan informasi hasil lomba, para peliput dari berbagai media yang ada di Sulawesi Selatan, Jakarta dan wartawan lokal Luwu juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan rekap resmi.

Layanan tidak profesional bagi pers peliput itu menjadi lengkap

saat rencana kepulangan. Wartawan kembali mendapatkan tantangan setelah ketinggalan pesawat menuju Makassar karena tidak ada jemputan dari rumah ke Bandara, padahal penebangan sangat terbatas.

Ajang yang sama direncanakan pada 2016, namun jika tidak dikelola secara baik dikhawatirkan membuat para peliput berfikir lebih panjang untuk memenuhi undangan penyelenggara dalam mendukung promosi kegiatan maupun daerah tersebut, ujar wartawan tersebut.

Padahal sukses story prestasi dan penyelenggara barulah sempurna jika didukung liputan yang baik dan menyebar secara nasional serta internasional.

Pewarta : Abd Kadir
Editor :
Copyright © ANTARA 2024