Makassar (ANTARA Sulsel) - Badan Pusat Statistik mencatat angka inflasi Sulawesi Selatan sebesar 0,37 persen selama Agustus 2015 dan penyumbang terbesar berasal dari kelompok pendidikan atau masuknya tahun ajaran baru.

"Sektor pendidikan, rekreasi dan olahraga merupakan komponen kelompok pengeluaran utama yang menyumbang inflasi di Agustus karena mulai tahun ajaran baru di SD, SMP dan SMA," ujar Kepala BPS Sulsel Nursam Salam di Makassar, Selasa.

Dia mengatakan, berdasarkan hasil survei harga konsumen BPS Sulsel telah terjadi inflasi sebesar 0,37 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 119,97 pada Juli 2015 menjadi 120,41 pada Agustus 2015.

Tingkat inflasi pada Agustus yang tercatat 0,39 persen, maka inflasi tahun kalender Januari-Agustus 2015 telah mencapai 3,02 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Agustus 2015 terhadap Agustus 20174) sebesar 8,05 persen.

Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada lima kelompok pengeluaran yaitu : kelompok bahan makanan 0,87 persen

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,48 persen ; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,19 persen ; kelompok kesehatan 0,07 persen ; dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,98 persen.

"Dari lima indeks itu, kelompok bahan makanan menyumbang angka 0,87 persen yang kemudian diikuti pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan 0,48 persen di tempat kedua. Itulah penyumbang terbesar dalam inflasi bulan Agustus ini," katanya.

Sedangkan yang mengalami deflasi atau penurunan indeks, yaitu kelompok sandang sebesar -0,18 persen dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar -0,05 persen.

Nursam menyebutkan, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada bulan Agustus 2015 antara lain ; cabe rawit, beras, daging ayam ras, tarif sekolah SLTA, daging sapi, tarif SLTP, tarif SD, kelapa, teh manis dan mi cepat saji (instan).

Komoditas yang mengalami penurunan harga adalah bawang merah, telur ayam ras, angkutan antarkota, ikan bandeng, cabe merah, emas perhiasan, kangkung, ayam hidup, tomat sayur dan udang basah.

Nursam mengaku, dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), BPS mencatat sebanyak 59 kota mengalami inflasi dan 23 kota lainnya menyumbang deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan sebesar 2,29 persen dan terendah terjadi di Sumenep, Kediri dan Probolinggo masing-masing 0,02 persen. Sementara, deflasi tertinggi terjadi di Ambon yaitu 1,77 persen.

Pewarta : Muh Hasanuddin
Editor :
Copyright © ANTARA 2024