Makassar (ANTARA Sulsel) - PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) IV Makassar mencanangkan `Direct Call` atau mengunakan sistem pembukaan jalur pengiriman logistik di Pelabuhan Petikemas Makassar (TPM) guna memangkas biaya pengiriman baik domestik maupun luar negeri.

"Direct Call diharapkan akan menjadi solusi pemangkasan biaya pengiriman logistik yang cukup mahal selama ini termasuk menghilangkan `double handling atau ditangani berganda," kata General Manager TPM, Muhammad Basir, Selasa.

Ia menyebutkan pihaknya telah melakukan penandatangan Nota Kesepahaman antara Terminal Petikemas Makassar dengan Pelayaran Internasional dibawah naungan SITC Countainer Lines Co.Ltd sebagai bagian dari solusi mengefesiensi anggaran.

"Selama ini pengiriman biayanya cukup mahal karena harus melalui Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya dan Tanjung Priok di Jakarta selanjutnya diekspor ke negara asia termasuk Hongkong hingga Manila," bebernya.

Menurut dia, sebagai upaya PT Pelindo IV Makassar, pelayaran ini bersifat perdana dan mulai dilaksanakan pada 5 Desember 2015 dan akan rutin dilakukan sekali sepekan dengan jalur Pelaabuhan Makassar-Jakarta-Bututu-Manila- Batangas,Hongkong- Shekou-Manila-Manila serta Cebu.

Kendati selama ini biaya pengiriman logistik cukup besar, pihaknya berusaha melakukan penghematan, sehingga dengan `Direct Call` ini diharapkan akan mempenggaruhui nilai kompetitif harga barang ekspor. T

Tentunya barang-barang Indonesia, kata dia, yang diekspor keluar negeri tidak akan kalah bersaing dengan barang-barang disana termasuk dari sisi harga mengingat ada `Additional Cost` diiberlakukan.

Memang tidak bisa dipungkiri biaya ekspor untuk logistik dari Indonesia Timur cukup mahal. Hal ini akibat belum terbukanya konektifitas daerah penghasil komuditi dengan negara tetangga. Diketahui kan berdasarkan catatan barang ekspor kebanyakan dari Surabaya padahal asalnya dari Sulsel.

"Bila dihitung biaya yang harus dikeluarkan cukup besar yakni 140 dolar Amerika per teus per kointainernya, inilah yang menjadi persoalan selama ini. Harapannya dengan penjajakan kerja sama biaya pengiriman akan terpangkas karena langsung ke negara sasaran," tandasnya.

Pihaknya merinci pengelolaan kointaner untuk ekspor ke luar negeri per bulan bisa mencapai 2.000 sampai 2.500 teus. Sedangkan bongkar muat barang domestik bisa mencapai 1.200 teus dengan jumlah call-nya per bulan mencapai 600 hingga 800 call.

"Kalau mau ditotal seluruh bongkat muat ekspor maupun impor itu sekitar 45 ribu sampai 50 ribu teus. Sementara kunjungan kapal di pelabuhan TPM bisa mencapai 100 call hingga 120 call. Dengan jumlah ini TMP bisa menargetkan pengelolaan anggaran Rp380 miliar," bebernya.

Saat ditanyakan berapa penghematan apabila menjalankan sistem itu, Basir menjelaskan, penerapan `Direct Call` diyakni bisa mengurangi biaya hingga 120 dolar Amerika per kointanernya. Dengan begitu harga komuditi tentu akan bersaing serta pencatatan ekspor di Sulsel akan meningkat.

Selain itu efek yang dihasilkan akan menambah pendapatan pajak untuk masuk dalam kas daerah yang sebelumnya sejak 11 tahun berjalan itu sepenuhnya pajak diambil oleh pihak pelabuhan di Surabaya dan Jakarta.

Basir kembali mengharapkan dukungan dan komitmen semua pihak termasuk Stakeholder bisa mewujudkan sistem ini dan pelayanan prima, sehingga keinginan perusahan besar seperti dari Hongkong bisa membuka aksesnya di Makassar dengan kompensasi muatan diberikan sekitar 150 teus sekali bongkar muat.

Mengenai dengan pelayanan maksimal, dia menambahkan, telah disiapkan peralatan pendukung di TPM seperti dua alat transtainer baru yang akan diujicobakan pada 3 Desember 2015. Selain itu pihaknya juga menyiapkan tujuh kontainer crane dari jumlah total mencapai 18 unit Transtaine.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor :
Copyright © ANTARA 2024