Makassar (ANTARA Sulsel) - Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Sulawesi Selatan mengharapkan perayaan Imlek 2016 sebagai momentum memupuk rasa persaudaraan sesama warga Tionghoa meski berbeda keyakinan.

"Imlek sebagai momentum kembali merajuk persaudaraan baik sebelum ada berselisih paham, tidak pernah ketemu dan lainnya, kemudian dijadikan ajang pertemuan," kata Wakil Ketua Bidang Dak`wah, Pendidikan Seni dan Budaya PITI Sulsel Moeh David Aritanto di Makassar, Kamis.

Menurut dia, bila di daratan China perayaan Imlek saat masuknya musim semi, sehingga dijadikan kesempatan untuk bertemu dengan sanak saudara, keluarga dan rekan sejawat kemudian di sajikan makanan lalu makan bersama sebagai bentuk persudaraan.

Sementara di Indonesia khususnya di Sulsel, tetap dirayakan namun tentunya sedikit berbeda mengingat kondisi geografisnya. Selain itu tujuan dari perayaan Imlek adalah memupuk rasa persaudaraan sesama warga Tionghoa maupun keturunannya.

"Biasanya bila Imlek datang pasti ada undangan dari saudara baik dari muslim maupun non muslim, selanjutnya kami makan bersama. Biasanya pasti ada keranjang dodol terbuat dari gula. Dodol inilah menjadi filosofi orang tionghoa sebagai harapan hidup," ujar pria disapa akrab `Baba Baco` ini.

Kendati perayaan imlek tidak semua masyarakat thionghoa menjalankannya karena berbeda keyakinan, akan tetapi kebersamaan itu tetap dirasakan sesama warga thionghoa di Sulsel utamanya Makassar melakukan silaturahmi.

"Memang masyarakat dari thionghoa tidak terlalu banyak di sini, tapi kalau masuk Imlek biasanya aura kebersamaan dan persaudaraan itu muncul serta sangat kental, bahkan mengundang makan bersama dengan menu berbeda meski berbeda pemahaman agama," bebernya.

Perayaan imlek jatuh pada 8 Februari 2016 sesuai penanggalan Tionghoa (China) memasuki tahun 2267 menurut astrologi China, zodiak atau shio adalah tahun monyet yang mengandung usur api dipercaya sebagai simbol energi kesuksesan.

Hal itu sebelumnya disebutkan tokoh masyarakat Thionghoa Sulawesi Selatan Yongris Lao dalam berbagai pertemuan di Makasar. Ia menyebutkan makna Monyet itu digambarkan sebagai sesuatu yang berusaha ingin menang, berprestasi dan selalu berupaya menuju puncak.

"Setiap orang memiliki sifat alami lain dan akan muncul secara tidak langsung serta tanpa disadari untuk mendapatkan tujuan maupun prestasinya. Sementara unsur api dalam tubuh kita melambangkan tekad yang kuat," katanya.

Menurut Ketua Perwalian Umat Buddha Indonesia (Walubi) Sulsel ini, perayaan Imlek setiap tahun selalu mendapat dukungan dari masyarakat terutama para pemuka agama sehingga harmonisasi antarumat beragama telah terpupuk sejak awal.

Meskipun perayaan Imlek tahun ini tidak semarak pada tahun sebelumnya yang menghadirkan karnaval budaya, tambah dia, namun ruang partisipasi bagi pemeluk agama lain tetap di berikan.

Pewarta : Darwin Fatir
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024